Kamis, 04 April 2013

Dibalik Cerita Syeh Jangkung

Menurut babad tanah jawa dan cerita Tutur tinular yang hingga sekarang masih diyakini kebenarannya oleh masyarakat, Saridin (Syeh Jangkung) di sebut-sebut sebagai putra Sunan Muria dengan istri yang bernama Dewi Samaran. Versi lain menyebutkan bahwa nama asli beliau adalah Raden Syarifudin putra dari Raden Singa Parna (Syeh Syafi'i) bersama ibu Robi'ah Attaji (Sekar Tanjung). Data tersebut terlampir dalam penafsiran Pondok Pesantren yang terletak di sekitar area makam.
Makam beliau berada di Ds. Landoh kec. Kayen Kab. Pati. Disekitar makam tersebut juga terdapat beberapa makam:
a. Makam istri-istri beliau RA. Retno Jinoli dan RA. Pandan Arum
b. Makam bakul legen, Prayoguna dan Bakirah.

Karena cerita Syeh Jangkung yang begitu melegenda, akhirnya cerita ini diangkat dalam sebuah karya oleh seni budaya ketoprak pati Sri Kencana. Cerita ini sangat populer pada masanya bahkan sampai saat ini. Namun setelah kami dengarkan cerita dari seri ketoprak Sri Kencana tersebut terasa ada yang janggal dalam cerita ini.
1. Siapakah pengsuh saridin sejak kecil?
2. Siapakah yang disebut-sebut dengan panggilan mboke momok?
3. Mungkinkah Sunan Kudus mempunyai sifat seperti itu?

1). Babad tanah jawa menuturkan bahwa pengasuh Saridin sejak kecil adalah Ki Ageng Kiringan, akan tetapi versi lain menyebutkan, saridin diasuh Ki Ag Kiringan itu kurang benar sebab Ki Ag. Kiringan hidup pada masa Pakubuwono II + 1700 sedangkan Saridin wafat tahun 1563 tepatnya tgl 15 rajab. dan mereka memprediksi, kemungkinan besar pengasuh saridin adalah Ki Ag. Dharmoyono (Ki gede Miyono atau Ki Anut). Karena berdasarkan penelitian dan penemuan benda-benda bersejarah di sekitar makam Ki Anut lebih mendekati kebenaran.
Siapakah Ki Ag. Dharmoyono atau Ki gede Miyono itu?
[Data dari juru kunci Ki gede Miyono]:
Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) adalah seorang pendatang, dari Tuban Jawa Timur, datang ke Miyono, pada waktu itu disebut Desa Tohyaning. Beliau merupakan cucu dari R. Ahmad Sahur Bupati Wilotikto Tuban, dan ibunya Dewi Sari (Sarifah) adik kandung Raden Sahid (Sunan Kalijaga). Ayah Ki Ageng Dharmoyono adalah bernama Empu Supo (Supo Madu Rangin), Kakeknya bernama Empu Supondriyo (Dharmokusumo) bin Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri).

2). Di dalam cerita memang tidak disebutkan siapa nama mboke momok, namun bila kita melihat di sekitar area makam saridin yang menyebutkan bahwa disana terdapat beberapa makam istri-istri saridin (Syeh Jangkung) diantaranya:
RA. Retno Jinoli dan RA. Pandan Arum. Maka kemungkinan besar yang disebut mboke momok adalah RA. Pandan Arum.
Siapakah RA. Pandan Arum?
Karena kalau kita lihat dari namanya, beliau ini bukanlah cuma rakyat biasa?

3). Bupati Pati memvonis saridin telah bersalah, karena pembunuhan atas kakak iparnya sendiri dan pada akhirnya akan dihukum mati. Saat hukuman itu tiba dengan izin Allah saridin dapat meloloskan diri, saridin jadi kejar-kejarannya prajurit Pati hingga sampailah saridin di Panti Kudus.
Disinilah timbulnya kejanggalan dan terasa aneh memang?
Mungkin ceritanya akan lain jika:
Kedatangan Saridin ke panti Kudus hanyalah untuk menemui pamannya (Sunan kudus) untuk meminta solusi dari permasalahanya dan bukan untuk menyantri.
Hal ini dikarenakan Saridin adalah salah seorang murid (masih berstatus santri) dari Sunan Kalijaga, jadi manalah mungkin Saridin yg sudah menjadi murid Sunan Kalijaga menyantri kembali pada Sunan kudus, Ngangsu ngganggo keranjang? (mengambil air dengan keranjang) Ya.....mustahil..... Mungkin itu hanyalah sebuah ungkapan peribahasa yang dibuat-buat dalam cerita tsb. Terlebih lagi dugaan tentang Ki Ag. Dharmoyono yang disebut-sebut sebagai pengasuh saridin sejak kecil? bila dugaan itu benar, maka sudah jelas ontran2 di panti kudus itu hanyalah cerita fiktif saja. Karena saridin sudah dipastikan belajar agama sejak kecil dan berguru kembali pada Sunan Kalijaga.

Setelah beberapa hari disana, akhirnya Saridin pamit meninggalkan panti kudus karena ia tidak mau melibatkan Sunan Kudus dalam masalahnya, pada akhirnya beliau bertemu kembali dengan gurunya Syeh Malaya. Saridin ditugaskan untuk mendalami ilmu Tasawufnya sekaligus sebagai hukuman atas kesalahannya, beliau dilarung ke laut selama sewindu dengan hanya menggunakan sepasang buah kelapa (klopo sekantet).

Di cerita Ketoprak Sri kencono Sunan Kudus di gambarkan sebagai orang yang mempunyai sifat iri dendam dan bahkan licik karena niatnya untuk membunuh Saridin, tentu saja sifat seperti itu tidak mencerminkan sebagai seorang wali. Padahal kalau kita tengok sejarahnya Sunan kudus, Beliau adalah seorang panglima perang menggantikan ayahnya Sunan Ngudung. Pada saat perang Demak bintara dengan Majapahit, Sunan kudus berhasil mengalahkan Adipati Pecattanda, Sunan kudus berniat untuk membunuhnya karena Pecattanda adalah pembunuh sang ayah (Sunan Ngudung) namun melihat keadaan Pecattanda yang sudah tak berdaya dan berjanji untuk bertaubat, beliau mengampuni dan menyerahkan Pecattanda kepada Raden Patah untuk diadili lebih lanjut. Kelapangan hati Sunan Kudus sangatlah besar terbukti beliau rela melepaskan pembunuh ayahnya , Jadi manalah mungkin beliau berseteru dengan Saridin? Apalagi berniat untuk membunuhnya? Terlebih lagi Saridin yang sudah bergelar Syeh Jangkung bertujuan sama, Mensyiarkan agama Islam.

Sedikit argumen dari kami semoga ada yang berkenan menambahkan untuk mencari pencerahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar