Sabtu, 30 November 2013

Raja Majapahit



Kertarajasa Jayawardhana (1293–1309)

Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit, Arya Wiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana. Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari.

Jayanegara (1309-1328)

Jayanegara Kalagemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan - pemberontakan. Misalnya pemberontakan Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233 saka, pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka, Pemberontakan Nambi, Ramapati, Rasemi, Rakuti dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Rakuti adalah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.

Tribuwana Tunggadewi (1328–1350)

Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang seharusnya menjadi raja adalah dyah Gayatri, Karena beliau adalah Trah langsung Rajasa Wangsa dan satu-satunya istri Kertarajasa Jayawardhana yang masih hidup akan tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Dyah Tribuwana Wijaya Tunggadewi, yang dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun 1331 timbul pemberontakan yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Pu Naga.

Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak makan Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah Palapa, adapun isi dari amukti palapa adalah sebagai berikut :”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti palapa”. Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-penaklukan.

Hayam Wuruk

Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara - negara tettangga.

Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri.

Tahun 1364 Gajah Mada meninggal, Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk memilih penggantinya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa kali mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti “untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagai Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan patih dami sebagai Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.

Wikramawardhana

Putri mahkota Kusuma Wardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan Wikrama Wardhana. Dalam prakteknya Wikrama wardhanalah yang menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, arena Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikrama Wardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut perang Paregreg. Wikrama Wardhana meninggal tahun 1429.
Pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.
Read more...

Senin, 11 November 2013

Jejak Waliyullah di Bumi Pati

Dalam babad penyebaran agama Islam di Indonesia tentunya tak lepas dari kiprah para waliyullah yg dengan keuletan kesabaran serta keikhlasan beliau, kita dapat mengenal Islam dengan benar. Walisongo adalah waliyullah yg tak asing lagi bagi kita, Selain walisongo di Indonesia jg masih terdapat waliyullah yg tak kalah gigihnya dalam penyebaran Islam.

Di kota Pati misalkan, disini juga terdapat jejak waliyullah yg tidak sedikit. Namun selama ini, Kota Pati seperti tenggelam alias terlupakan, setiap kali masyarakat muslim Indonesia melakukan rangkaian wisata spiritual (ziarah) ke makam-makam Walisongo yg ada di Demak, Kudus, dan Tuban. Padahal, di Kabupaten ini banyak terdapat makam waliyullah yg mempunyai keterkaitan erat dengan Walisongo.

1. Mbah Mutamakin

Sehari setelah terpilih sebagai Presiden, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) langsung meninggalkan Jakarta, untuk terbang ke Semarang. Dari Bandara A Yani, cucu Hadratusyekh KH Hasyim Asy'ari ini langsung bergegas ke arah timur, menuju Demak, Kudus, dan Pati. Di Bumi Pati, Gus Dur mempunyai tujuan khusus: ziarah ke makam waliyullah KH Ahmad Mutamakkin di Ds./Kec. Margoyoso. Tapi siapakah waliyullah yg akrab disapa Mbah Mutamakkin itu? Dari berbagai rujukan diketahui, Ulama besar tsb merupakan generasi ke-6 Raden Patah, pendiri Kasultanan Demak.

2. Syekh Ronggo Kusumo

Sekitar 1 km sebelum lokasi makam itu, para peziarah dari Jalan Raya Pati-Tayu akan menjumpai makam waliyullah lainnya, Syekh Ronggo Kusumo, yg terletak di tepi jalan Ds. Ngemplak Kidul, Kec. Margoyoso.

3. Syekh Jangkung DAN Syekh Momok

Di Pati sebelah selatan, tepatnya di Ds. Landoh Kec. Kayen, jg terdapat makam ulama besar yg pernah bermukim di desa ini. Dialah KH Saridin, namun lebih kondang dengan sebutan Syekh Jangkung, blm jelas silsilah beliau, yg pasti beliau termasuk keturunan Sunan Gunung Jati. Kemudian siapa Syekh Momok itu? Beliau adl putra Syekh Jangkung, yg makamnya berada di sebelah Utara makam Syekh Jangkung.

4. Nyai Ag. Ngerang dan Ki Ag. Ngerang

Selain itu Kab. Pati jg terdapat Tapak tilas (makam) Nyai Ageng Ngerang di Ds. Ngerang Kec. Tambakromo, yg berada di selatan Kayen. Nyai Ageng Ngerang merupakan putri bungsu Raden Bondan Kejawan dari sang ayah Sunan Tembayat (Kertabumi Brawijaya). Siti Rohmah roro Kasian di peristri Ki Ag. Ngerang I putra dari Maulana Malik Ibrahim dan mempunyai dua orang Putra. Putra pertama ad seorang putri yg diperistri Ki Ag. Selo, kemudian yg ke-2 adl Ki Ag Ngerang II (Ki Ag. Pati) makamnya berada di Ngerang Pakuan Juana.

5. Sunan Prawoto

Ada jg Tapak Tilas Mbah Sunan Prawoto, yg terletak di Ds. Prawoto, Kec. Sukolilo. Sebagian masyarakat menyebutnya makam Sunan Prawoto, putra Sultan Trenggono (sultan ke-3 Demak), dan kakak Ratu Kalinyamat. Berdasarkan silsilahnya, Sunan Prawoto merupakan salah seorang cucu Sunan Kalijaga. Tetapi, ada juga yang menyebutnya makam Panembahan Prawoto, salah seorang dari empat putra Sunan Prawoto, atau cicit Sunan Kalijaga. Konon sebutan mbah pada Mbah Sunan Prawoto berasal dari kata Panembahan Prawoto. Nampaknya dugaan kedua ini lebih masuk akal. Sebab Sunan Prawoto dimakamkan di belakang Masjid Agung Demak, yang diapit makam ayahnya (Sultan Trenggono) dan Pangeran Chatib.

6. Kie Ageng Giring

Ki Ag. Giring adl murid Sunan Kalijaga, beliau adl salah satu keturunan Brawijaya IV dari Retna Mundri yg hidup pd abad XVI, dari perkawinanya dgn Nyi Talang Warih melahahirkan dua orang putra, Rara Lembayung dan Wanakusuma atau Ki Ag. Giring atau Kyai Ag. Wonomenggolo. Petilasan beliau terdapat di Ds. Sumbersoko Kec. Sukolilo Pati, dan jugaa terdapat di Ds./Kec. Palian Wonosari.

7. Angling Darma



Konon Prabu Angkling Darma adl keturunan ke-7 dari Raden Arjuna (Astina). Petilasan beliau ada di Ds. Mlawat Kec. Sukolilo Kab. Pati. Namun masyarakat lebih mengenal petilasan Angkling Darma berada di Bojonegoro tepatnya di Ds.Wotan ngare Kec. Kalitidu, selain itu Petilasan beliau jg terdapat di Ds. Sukakersa Kec. Cadasngampar Kab. Sumedang. Selain makam tersebut Di desa Mlawat ini jg terdapat Gua Pikulan Nagaraja konon gua ini adl tempat bertapanya Naga Raja.



Menurut Tutur para Kyai yg mempunyai daya linuwih, "Angkling Darma sudahlah Islam beliau adl Hamba Allah yg bertauhid, cuma Beliau tidak bersyariat seperti kita, ikut syariatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW". begitu Tutur Beliau.

Selain itu Pati jg terdapat Tempat keramat, salah satunya "Gerbang Majapahit" yg terletak di Ds. Rondole, Kec. Margorejo. Menurut penelitian dinas terkait beberapa waktu lalu, Gerbang tsb berasal dari masa Kerajaan Majapahit. Objek ini terkait pula dengan sejarah wali, terutama Sunan Muria.
Alkisah, gerbang ini diusung secara Goib oleh Raden Kebonyabrang dari Kerajaan Majapahit menuju Gunung Muria. Perintah itu datang dari ayahnya, Sunan Muria, untuk menguji iman, mental, dan kesaktian anaknya. Bahkan, Sunan Muria meminta agar tugas itu bisa dilaksanakan hanya dalam satu malam.
Read more...

Jumat, 01 November 2013

Alur Sejarah Tutur Tinular - Mahkota Mayangkara

1268 >>> Kertanegara naik tahta

1275 >>> Ekspedisi Pamalayu berangkat di pimpin oleh Kebo Anabrang

1284 >>> Kertanegara berhasil menaklukkan Bali

1286 >>> Kertanegara mengirim Rakryān Mahā-Mantri Dyah Adwayabrahma untuk membawa arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan dan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Dharmasraya yang saat itu rajanya bernama śrī mahārāja śrīmat tribhuwanarāja mauliwarmmadewa

1289 >>> datang utusan Kubilai Khan yang bernama Meng Chie

1292 >>> Kediri memberontak kepada Singasari, Singasari runtuh, Kertanegara mati terbunuh

1 Maret 1293 >>> Pasukan Mongol mendarat di Jawa untuk menghukum Kertanegara

20 Maret 1293 >>> Kediri di taklukkan Raden Wijaya

19 April 1293 >>> Raden Wijaya menyerang Tentara Mongol

24 April 1293 >>> Pasukan Mongol meninggalkan Jawa

12 November 1293 >>> Kerajaan Majapahit berdiri, Raden Wijaya naik tahta

3 Mei 1293 >>> Ekspedisi Pamalayu kembali dari Swarnabhuminpimpin oleh Kebo Anabrang

1294 >>> Jayanegara / Kalagemet lahir

1294 >>> Prasasti Kudadu menyebutkan jabatan Arya Wiraraja adalah sebagai pasangguhan dengan gelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka

1295 >>> Kalagemet alias Jayanegara dinobatkan menjadi raja muda (yuwaraja) di Kediri dalam usia 1 tahun, pemerintahan sehari-hari di jalankan oleh Lembu Sora

1295 >>> Ranggalawe melakukan pemberontakan

1300 >>> Lembu Sora memberontak

1309 >>> Prabu Kertarajasa wafat (memerintah selama 16 tahun )

1309 >>> Jayanegara / Kalagemet naik tahta dalam usia 15 tahun dengan gelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara, Jayanegara memerintah selama 19 tahun

1313 >>> Juru Demung memberontak

1314 >>> Gajah Biru memberontak

1316 >>> terjadi pemberontakan Nambi di Lumajang terhadap Jayanegara / Kalagemet raja kedua Majapahit

1316 >>> ayah Patih Nambi yang bernama Pranaraja meninggal dunia di Lumajang

1318 >>> Ra Semi melakukan pemberontakan terhadap Majapahit

1319 >>> Ra Kuti melakukan pemberontakan terhadap Majapahit

1323 >>> Piagam Sidateka menyebutkan Jayanegara / Kalagemet menetapkan susunan mahamantri katrini dalam membantu pemerintahannya, yaitu sebagai berikut:
1.Rakryan Mahamantri Hino: Dyah Sri Rangganata
2.Rakryan Mahamantri Sirikan: Dyah Kameswara
3.Rakryan Mahamantri Halu: Dyah Wiswanata

1328 >>> Jayanegara wafat dalam usia 34 tahun

Dok: Awy Doank
Read more...