Rabu, 25 Desember 2013

Kisah 4 Nabi Yang Masih Hidup Sampai Sekarang

1. Kisah Nabi Isa Alaihissalam

Al-Qur’an menerangkan dalam surat AnNisaa’:157 bahwa Nabi Isa AS tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi Isa AS (sebagian ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang berkhianat yang bernama Yudas Iskariot) dan karena ucapan mereka:

“Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
(An Nisaa’ : 157)
Nabi Isa AS diselamatkan oleh Allah SWT dengan jalan diangkat ke langit dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal ini. AlQur’an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini. ”Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ :158)
(Khotib).

2. Kisah Nabi Khidir Alaihissalam

Pada saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Dzul Qarnain berkata kepada malaikat Rofa’il: “Wahai malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit ”,

malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.

Kemudian raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.

Lalu malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.

Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.

mailaikat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”.

Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan raja bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab, “Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab, “ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap ”.

“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.

Seorang yang alim menjawab, “Di tempat keluarnya matahari”.

Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap ?”.

Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”.

Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.

Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.

Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya, berkata ia kepada raja. ”Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya. ”

Lalu Raja berkata: ” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”

Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: ”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.

Kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: ” Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.

“Tidak bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,” akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”

Kemudian Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.

Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir AS, ”Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ”.

Setelah Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. ”

Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat” (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.

(Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia berkata, bahwa Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Dan raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. ”

Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘ anhu.

~ Cerita ini dikutib dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s Semarang.

~ Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.

Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258.
(Salafy Tobat).

3. Kisah Nabi Idris Alaihissalam

Lalu keduanya menerusakan perjalanan sampai empat hari lamanya dan selama itu pula Nabi Idris AS menemukan keanehan yang ada pada Malaikat itu dan Nabi Idris AS bertanya: ”Hai tuan, kamu ini sebenarnya siapa?”,

Malaikat itu menjawab: ”Saya adalah malaikat pencabut nyawa”.

Nabi Idris AS bertanya:” Apakah kamu akan mencabut nyawa manusia?”,

Malaikat menjawab:”Ya”,

Nabi Idris AS bertanya: ”Apakah kamu juga mencabut nyawa selama dalam perjalanan bersama saya?”,

Malaikat menjawab: ”Ya, saya telah mencabut beberapa nyawa manusia dan sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagai mana kamu menghadapi sesuap makanan saja”.

Nabi Idris AS berkata: ”Dan apakah kamu datang ini untuk mencabut nyawa saya atau sekedar berkunjung?”,

Malaikat menjawab: ”Saya datang hanya untuk berkunjung”,

Nabi Idris AS berkata: ”kalau begitu saya punya hajat kepadamu”,

Malaikat menjawab: ”Hajat apa, hai Nabi Idris?”

Nabi Idris AS berkata: ”Saya ingin agar kamu mencabut nyawa saya, lalu memohonlah kepada Allah untuk menghidupkan saya sehingga saya bisa beribadah kepada Allah sesudah merasakan sakitnya mati”.

Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang tanpa seijin Allah”.

Lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Cabutlah nyawa Idris!”.

Kemudian malaikat itu mencabut nyawa Nabi Idris AS dan matilah Nabi Idris AS lalu Malaikat menangis sambil merendahkan diri untuk memohon kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris AS kembali, kemudian Allah menghidupkan Nabi Idris AS, lalu malaikat bertanya: ”Hai Nabi Idris bagaimana rasanya mati itu?”.

Nabi Idris AS berkata:”Sungguh rasanya mati itu bagaikan binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup, sedang rasa mati itu melebihi 100X lipat rasa sakit binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup”.

Malaikat menjawab:”Hai Nabi Idris, padahal saya mencabut nyawamu itu dengan cara hati-hati dan sangat halus dan ini belum pernah saya lakukan kepada siapapun”.

Nabi Idris AS berkata: ”Saya mempunyai hajat yang lain kepadamu, yaitu ingin melihat neraka jahannam, agar saat melihat itu saya lebih banyak beribadah kepada Allah”.

Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa masuk neraka jahannam tanpa ada izin dari Allah”, lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Pergilah kamu bersama Nabi Idris ke neraka jahannam”.

Kemudian malaikat bersama Nabi Idris AS pergi ke neraka jahannam, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala yang dipersiapkan untuk menyiksa di neraka jahannam, lalu keduanya kembali dari neraka jahannam. Nabi Idris AS berkata: ”Saya punya hajat lagi kepada kamu, agar kamu mengajakku pergi ke syurga,dan setelah itu saya akan menjadi hamba yang lebih taat dalam beragama”.
Malaikat berkata: ”Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah”.

Lalu Allah AS berfirman: ”Hai Malaikat pergilah kamu bersama Idris ke syurga”.

Dan keduanya pergi ke syurga dan berhanti di depan pintu syurga, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala kenikmatan yang ada dalam syurga, melihat kerajaan yang banyak, melihat anugerah yang banyak dan melihat pepohonan dan buah-buahan yang beraneka macam ragamnya.

Nabi Idris berkata: ”Wahai Malaikat, saya telah merasakan mati, telah melihat segala macam siksaan dalam neraka, lalu mohonlah kepada Allah, agar ia memberi izin saya masuk ke syurga, sehingga saya dapat minum air syurga dan sakit saya menjadi hilang serta terhindar dari neraka jahannam”.

Lalu Allah Berfirman kepada malaikat: ”Masuklah kamu ke syurga bersama Idris”, kemudian keduanya masuk syurga dan Nabi Idris AS meletakan sandalnya di bawah salah satu pohon di syurga, dan setelah keluar dari syurga.Nabi Idris berkata kepada Malaikat: ”Sungguh sandal saya tertinggal di syurga, maka kembalikan saya ke syurga”, dan setelah Nabi Idris AS tiba di syurga, Nabi Idris AS tidak mau di ajak keluar, ia ingin tetap tinggal dalam syurga, hingga Malaikat berteriak:”Hai Nabi Idris, keluarlah”, dan Nabi Idris AS tetap tidak mau keluar, dan berkata: ” Karena Allah telah berfirman”: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…”(Q.Surat Ali’imran ayat 185), Sedang saya telah merasakan mati.

Dan Allah Berfirman: “Dan tidak seorangpun darimu, melainkan mendatangi neraka itu….” (Q.Surat Maryam ayat 71). Dan sungguh saya telah memasuki neraka jahannam, dan Allah juga berfirman: “…….. dan sekali-kali mereka tidak akan di keluarkan dari padanya (syurga)”. (Q.Surat AL Hijr ayat 48)”.

Malaikat berkata: ”Lantas siapa yang akan mengeluarkan mu?”.

Lalu Allah berfirman kapada Malaikat: ”Tinggalkanlah Nabi Idris di syurga, sungguh Aku telah menetapkannya, bahwa ia termasuk ahli syurga”, kemudian Malaikat itu meninggalkan Nabi Idris AS di syurga dan tetaplah Nabi Idris AS berada dalam syurga untuk selama-lamanya. (Blog Anak Indonesia Timur).

4. Kisah Nabi Ilyas Alaihissalam

Ketika sedang beristirahat datanglah Malaikat kepada Nabi Ilyas AS, Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Nabi Ilyas AS menjadi sedih dan menangis.

“ Mengapa engkau bersedih?” tanya Malaikat maut.

“ Tidak tahulah.” Jawab Nabi Ilyas AS.

“Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut ?” tanya Malaikat.

“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah, ” jawab Nabi Ilyas AS.

Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada Malaikat agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas AS berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas AS ingin terus hidup semata-mata karena ingin berzikir kepada Allah SWT. Maka berzikirlah Nabi Ilyas AS sepanjang hidupnya.

“ Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti. ” Firman Allah SWT.
Read more...

Minggu, 15 Desember 2013

Sejarah Nusantara

Kerajaan Hindu-Buddha

Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358–669)
Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
Kerajaan Medang (752–1006)
Kerajaan Kahuripan (1006–1045)
Kerajaan Sunda (932–1579)
Kediri (1045–1221)
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
Singhasari (1222–1292)
Majapahit (1293–1500)
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)

Kerajaan Islam

Penyebaran Islam (1200-1600)
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Ternate (1257–sekarang)
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)
Kesultanan Malaka (1400–1511)
Kerajaan Inderapura (1500-1792)
Kesultanan Demak (1475–1548)
Kesultanan Aceh (1496–1903)
Kesultanan Banten (1527–1813)
Kesultanan Cirebon (1552 - 1677)
Kesultanan Mataram (1588—1681)
Kesultanan Siak (1723-1945)
Kerajaan Larantuka (1600-1904)

Kolonialisme bangsa Eropa
Portugis (1512–1850)
VOC (1602-1800)
Belanda (1800–1942)

Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (1942–1945)
Revolusi nasional (1945–1950)

Indonesia Merdeka
Orde Lama (1950–1959)
Demokrasi Terpimpin (1959–1965)
Masa Transisi (1965–1966)
Orde Baru (1966–1998)
Era Reformasi (1998–sekarang)
Read more...

Sejarah nama Indonesia

Nama Indonesia berasal dari berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di pertengahan abad ke-19. Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia dengan aneka nama, sementara kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan"). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama yang diturunkan dari kata dalam bahasa Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa ("Pulau Emas", diperkirakan Pulau Sumatera sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab, luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "orang Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatera), Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang disebut kulluh Jawi ("semuanya Jawa").

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh nama Kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang kelak juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais). Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.

Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde", yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20.

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur")), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris):

"... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. Dan itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):

"Mr Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia"

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Persbureau. Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander ("pribumi") diganti dengan Indonesiër ("orang Indonesia")..

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air pada masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Permohonan ini ditolak. Sementara itu, Kamus Poerwadarminta yang diterbitkan pada tahun yang sama mencantumkan lema nusantara sebagai bahasa Kawi untuk "kapuloan (Indonesiah)".

Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah Republik Indonesia.

Sumber: Wikipedia
Read more...

Sabtu, 30 November 2013

Raja Majapahit



Kertarajasa Jayawardhana (1293–1309)

Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit, Arya Wiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana. Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari.

Jayanegara (1309-1328)

Jayanegara Kalagemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan - pemberontakan. Misalnya pemberontakan Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233 saka, pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka, Pemberontakan Nambi, Ramapati, Rasemi, Rakuti dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Rakuti adalah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.

Tribuwana Tunggadewi (1328–1350)

Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang seharusnya menjadi raja adalah dyah Gayatri, Karena beliau adalah Trah langsung Rajasa Wangsa dan satu-satunya istri Kertarajasa Jayawardhana yang masih hidup akan tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Dyah Tribuwana Wijaya Tunggadewi, yang dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun 1331 timbul pemberontakan yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Pu Naga.

Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak makan Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah Palapa, adapun isi dari amukti palapa adalah sebagai berikut :”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti palapa”. Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-penaklukan.

Hayam Wuruk

Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara - negara tettangga.

Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri.

Tahun 1364 Gajah Mada meninggal, Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk memilih penggantinya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa kali mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti “untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagai Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan patih dami sebagai Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.

Wikramawardhana

Putri mahkota Kusuma Wardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan Wikrama Wardhana. Dalam prakteknya Wikrama wardhanalah yang menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, arena Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikrama Wardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut perang Paregreg. Wikrama Wardhana meninggal tahun 1429.
Pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.
Read more...

Senin, 11 November 2013

Jejak Waliyullah di Bumi Pati

Dalam babad penyebaran agama Islam di Indonesia tentunya tak lepas dari kiprah para waliyullah yg dengan keuletan kesabaran serta keikhlasan beliau, kita dapat mengenal Islam dengan benar. Walisongo adalah waliyullah yg tak asing lagi bagi kita, Selain walisongo di Indonesia jg masih terdapat waliyullah yg tak kalah gigihnya dalam penyebaran Islam.

Di kota Pati misalkan, disini juga terdapat jejak waliyullah yg tidak sedikit. Namun selama ini, Kota Pati seperti tenggelam alias terlupakan, setiap kali masyarakat muslim Indonesia melakukan rangkaian wisata spiritual (ziarah) ke makam-makam Walisongo yg ada di Demak, Kudus, dan Tuban. Padahal, di Kabupaten ini banyak terdapat makam waliyullah yg mempunyai keterkaitan erat dengan Walisongo.

1. Mbah Mutamakin

Sehari setelah terpilih sebagai Presiden, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) langsung meninggalkan Jakarta, untuk terbang ke Semarang. Dari Bandara A Yani, cucu Hadratusyekh KH Hasyim Asy'ari ini langsung bergegas ke arah timur, menuju Demak, Kudus, dan Pati. Di Bumi Pati, Gus Dur mempunyai tujuan khusus: ziarah ke makam waliyullah KH Ahmad Mutamakkin di Ds./Kec. Margoyoso. Tapi siapakah waliyullah yg akrab disapa Mbah Mutamakkin itu? Dari berbagai rujukan diketahui, Ulama besar tsb merupakan generasi ke-6 Raden Patah, pendiri Kasultanan Demak.

2. Syekh Ronggo Kusumo

Sekitar 1 km sebelum lokasi makam itu, para peziarah dari Jalan Raya Pati-Tayu akan menjumpai makam waliyullah lainnya, Syekh Ronggo Kusumo, yg terletak di tepi jalan Ds. Ngemplak Kidul, Kec. Margoyoso.

3. Syekh Jangkung DAN Syekh Momok

Di Pati sebelah selatan, tepatnya di Ds. Landoh Kec. Kayen, jg terdapat makam ulama besar yg pernah bermukim di desa ini. Dialah KH Saridin, namun lebih kondang dengan sebutan Syekh Jangkung, blm jelas silsilah beliau, yg pasti beliau termasuk keturunan Sunan Gunung Jati. Kemudian siapa Syekh Momok itu? Beliau adl putra Syekh Jangkung, yg makamnya berada di sebelah Utara makam Syekh Jangkung.

4. Nyai Ag. Ngerang dan Ki Ag. Ngerang

Selain itu Kab. Pati jg terdapat Tapak tilas (makam) Nyai Ageng Ngerang di Ds. Ngerang Kec. Tambakromo, yg berada di selatan Kayen. Nyai Ageng Ngerang merupakan putri bungsu Raden Bondan Kejawan dari sang ayah Sunan Tembayat (Kertabumi Brawijaya). Siti Rohmah roro Kasian di peristri Ki Ag. Ngerang I putra dari Maulana Malik Ibrahim dan mempunyai dua orang Putra. Putra pertama ad seorang putri yg diperistri Ki Ag. Selo, kemudian yg ke-2 adl Ki Ag Ngerang II (Ki Ag. Pati) makamnya berada di Ngerang Pakuan Juana.

5. Sunan Prawoto

Ada jg Tapak Tilas Mbah Sunan Prawoto, yg terletak di Ds. Prawoto, Kec. Sukolilo. Sebagian masyarakat menyebutnya makam Sunan Prawoto, putra Sultan Trenggono (sultan ke-3 Demak), dan kakak Ratu Kalinyamat. Berdasarkan silsilahnya, Sunan Prawoto merupakan salah seorang cucu Sunan Kalijaga. Tetapi, ada juga yang menyebutnya makam Panembahan Prawoto, salah seorang dari empat putra Sunan Prawoto, atau cicit Sunan Kalijaga. Konon sebutan mbah pada Mbah Sunan Prawoto berasal dari kata Panembahan Prawoto. Nampaknya dugaan kedua ini lebih masuk akal. Sebab Sunan Prawoto dimakamkan di belakang Masjid Agung Demak, yang diapit makam ayahnya (Sultan Trenggono) dan Pangeran Chatib.

6. Kie Ageng Giring

Ki Ag. Giring adl murid Sunan Kalijaga, beliau adl salah satu keturunan Brawijaya IV dari Retna Mundri yg hidup pd abad XVI, dari perkawinanya dgn Nyi Talang Warih melahahirkan dua orang putra, Rara Lembayung dan Wanakusuma atau Ki Ag. Giring atau Kyai Ag. Wonomenggolo. Petilasan beliau terdapat di Ds. Sumbersoko Kec. Sukolilo Pati, dan jugaa terdapat di Ds./Kec. Palian Wonosari.

7. Angling Darma



Konon Prabu Angkling Darma adl keturunan ke-7 dari Raden Arjuna (Astina). Petilasan beliau ada di Ds. Mlawat Kec. Sukolilo Kab. Pati. Namun masyarakat lebih mengenal petilasan Angkling Darma berada di Bojonegoro tepatnya di Ds.Wotan ngare Kec. Kalitidu, selain itu Petilasan beliau jg terdapat di Ds. Sukakersa Kec. Cadasngampar Kab. Sumedang. Selain makam tersebut Di desa Mlawat ini jg terdapat Gua Pikulan Nagaraja konon gua ini adl tempat bertapanya Naga Raja.



Menurut Tutur para Kyai yg mempunyai daya linuwih, "Angkling Darma sudahlah Islam beliau adl Hamba Allah yg bertauhid, cuma Beliau tidak bersyariat seperti kita, ikut syariatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW". begitu Tutur Beliau.

Selain itu Pati jg terdapat Tempat keramat, salah satunya "Gerbang Majapahit" yg terletak di Ds. Rondole, Kec. Margorejo. Menurut penelitian dinas terkait beberapa waktu lalu, Gerbang tsb berasal dari masa Kerajaan Majapahit. Objek ini terkait pula dengan sejarah wali, terutama Sunan Muria.
Alkisah, gerbang ini diusung secara Goib oleh Raden Kebonyabrang dari Kerajaan Majapahit menuju Gunung Muria. Perintah itu datang dari ayahnya, Sunan Muria, untuk menguji iman, mental, dan kesaktian anaknya. Bahkan, Sunan Muria meminta agar tugas itu bisa dilaksanakan hanya dalam satu malam.
Read more...

Jumat, 01 November 2013

Alur Sejarah Tutur Tinular - Mahkota Mayangkara

1268 >>> Kertanegara naik tahta

1275 >>> Ekspedisi Pamalayu berangkat di pimpin oleh Kebo Anabrang

1284 >>> Kertanegara berhasil menaklukkan Bali

1286 >>> Kertanegara mengirim Rakryān Mahā-Mantri Dyah Adwayabrahma untuk membawa arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan dan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Dharmasraya yang saat itu rajanya bernama śrī mahārāja śrīmat tribhuwanarāja mauliwarmmadewa

1289 >>> datang utusan Kubilai Khan yang bernama Meng Chie

1292 >>> Kediri memberontak kepada Singasari, Singasari runtuh, Kertanegara mati terbunuh

1 Maret 1293 >>> Pasukan Mongol mendarat di Jawa untuk menghukum Kertanegara

20 Maret 1293 >>> Kediri di taklukkan Raden Wijaya

19 April 1293 >>> Raden Wijaya menyerang Tentara Mongol

24 April 1293 >>> Pasukan Mongol meninggalkan Jawa

12 November 1293 >>> Kerajaan Majapahit berdiri, Raden Wijaya naik tahta

3 Mei 1293 >>> Ekspedisi Pamalayu kembali dari Swarnabhuminpimpin oleh Kebo Anabrang

1294 >>> Jayanegara / Kalagemet lahir

1294 >>> Prasasti Kudadu menyebutkan jabatan Arya Wiraraja adalah sebagai pasangguhan dengan gelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka

1295 >>> Kalagemet alias Jayanegara dinobatkan menjadi raja muda (yuwaraja) di Kediri dalam usia 1 tahun, pemerintahan sehari-hari di jalankan oleh Lembu Sora

1295 >>> Ranggalawe melakukan pemberontakan

1300 >>> Lembu Sora memberontak

1309 >>> Prabu Kertarajasa wafat (memerintah selama 16 tahun )

1309 >>> Jayanegara / Kalagemet naik tahta dalam usia 15 tahun dengan gelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara, Jayanegara memerintah selama 19 tahun

1313 >>> Juru Demung memberontak

1314 >>> Gajah Biru memberontak

1316 >>> terjadi pemberontakan Nambi di Lumajang terhadap Jayanegara / Kalagemet raja kedua Majapahit

1316 >>> ayah Patih Nambi yang bernama Pranaraja meninggal dunia di Lumajang

1318 >>> Ra Semi melakukan pemberontakan terhadap Majapahit

1319 >>> Ra Kuti melakukan pemberontakan terhadap Majapahit

1323 >>> Piagam Sidateka menyebutkan Jayanegara / Kalagemet menetapkan susunan mahamantri katrini dalam membantu pemerintahannya, yaitu sebagai berikut:
1.Rakryan Mahamantri Hino: Dyah Sri Rangganata
2.Rakryan Mahamantri Sirikan: Dyah Kameswara
3.Rakryan Mahamantri Halu: Dyah Wiswanata

1328 >>> Jayanegara wafat dalam usia 34 tahun

Dok: Awy Doank
Read more...

Sabtu, 20 Juli 2013

Fakta ilmiah Pembangunan Piramida Mesir Ternyata Sudah Tercatat Dalam Al-Qur'an

Bangunan menjulang berbentuk segitiga itu, diyakini memiliki beragam analisis tentang misteri konstruksinya. Dibangun pada masa kekuasaan Firáun Khufu pada tahun 2560 SM, rupa-rupanya kontraversi masih terus berlanjut hingga akhir abad ke-19. Logika para ilmuwan pun bingung menangkap bagaimana sebuah piramida dibangun? Hal ini karena teknologi mengangkat batu-batu besar yang bisa mencapai ribuan kilogram ke puncak-puncak bangunan belum ditemukan di zamannya. Apa rahasia di balik pembangunan piramida ini?

Koran Amerika Times edisi 1 Desember 2006, menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun piramida! Menurut penelitian tersebut disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat piramida adalah tanah liat yang dipanaskan hingga membentuk batu keras yang sulit dibedakan dengan batu aslinya.

Para ilmuwan mengatakan bahwa Firaun mahir dalam ilmu kimia dalam mengelola tanah liat hingga menjadi batu. Dan teknik tersebut menjadi hal yang sangat rahasia jika dilihat dari kodifikasi nomor di batu yang mereka tinggalkan.

Profesor Gilles Hug, dan Michel Profesor Barsoum menegaskan bahwa Piramida yang paling besar di Giza, terbuat dari dua jenis batu: batu alam dan batu-batu yang dibuat secara manual alias olahan tanah liat.

Dan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh majalah "Journal of American Ceramic Society" menegaskan bahwa Firaun menggunakan jenis tanah slurry untuk membangun monumen yang tinggi, termasuk piramida. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram. Sementara untuk dasarnya, Firaun menggunakan batu alam.

Lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur di tungku perapian yang dipanaskan dengan uap air garam dan berhasil membuat uap air sehingga membentuk campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan dalam tempat yang disediakan di dinding piramida. Singkatnya lumpur yang sudah diolah menurut ukuran yang diinginkan tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding piramid.

Profesor Davidovits telah mengambil batu piramida yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut dan menemukan jejak reaksi cepat yang menegaskan bahwa batu terbuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu membedakan antara batu alam dan batu buatan.

Dengan metode pembuatan batu besar melalui cara ini, sang profesor membutuhkan waktu sepuluh hari hingga mirip dengan batu aslinya.

Sebelumnya, seorang ilmuwan Belgia, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari rahasia di balik pembuatan batu besar di puncak-puncak piramida. Ia pun berkata, "Setelah bertahun-tahun melakukan riset dan studi, sekarang saya baru yakin bahwa piramida yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat."

Penemuan oleh Profesor Prancis Joseph Davidovits soal batu-batu piramida yang ternyata terbuat dari olahan lumpur ini memakan waktu sekitar dua puluh tahun. Sebuah penelitian yang lama tentang piramida Bosnia, "Piramida Matahari" dan menjelaskan bahwa batu-batunya terbuat dari tanah liat! Ini menegaskan bahwa metode ini tersebar luas di masa lalu. (Gambar dari batu piramida).

Sebuah gambar yang digunakan dalam casting batu-batu kuno piramida matahari mengalir di Bosnia, dan kebenaran ilmiah mengatakan bahwa sangat jelas bahwa metode tertentu pada pengecoran batu berasal dari tanah liat telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dalam peradaban yang berbeda baik Rumania atau Firaun!

Al-Qur'an Ternyata Lebih Dulu Punya Jawaban

Jika dipahami lebih dalam, ternyata Alquran telah mengungkapkan hal ini 1400 tahun sebelem mereka mengungkapkannya, perhatikan sebuah ayat dalam Al Quran berikut ini:


"Dan berkata Fir'aun: 'Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta." (QS. Al-Qashash: 38)

Subhanallah! bukti menakjubkan yang menunjukkan bahwa bangunan bangunan raksasa, patung-patung raksasa dan tiang-tiang yang ditemukan dalam peradaban tinggi saat itu, juga dibangun dari tanah liat! Al-Quran adalah kitab pertama yang mengungkapkan rahasia bangunan piramida, bukan para Ilmuwan Amerika dan Perancis.

Kita tahu bahwa Nabi saw tidak pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat piramida, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Kisah Firaun, terjadi sebelum masa Nabi saw ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satupun di muka bumi ini pada waktu itu yang mengetahui tentang rahasia piramida. Sebelum ini, para ilmuwan tidak yakin bahwa Firaun menggunakan tanah liat dan panas untuk membangun monumen tinggi kecuali beberapa tahun belakangan ini.

Ajaib, 1400 tahun yang lampau, Nabi Muhammad saw, berbilang tahun setelah Berakhirnya dinasti Firaun memberitahukan bahwa Firaun membangun monumen yang kelak dinamakan Piramid menggunakan tanah liat.

Kenyataan ini sangat jelas dan kuat membuktikan bahwa nabi Muhammad saw tidaklah berbicara sesuai hawa nafsunya saja melainkan petunjuk dari Allah yang menciptakan Firaun dan menenggelamkannya, dan Dia pula yang menyelamatkan nabi Musa … Dan Dia pula yang memberitahukan kepada Nabi terakhir-Nya akan hakikat ilmiah ini, dan ayat ini menjadi saksi kebenaran kenabiannya dikemudian hari!!

Subhanallah! Sungguh suatu hal yang hanya dapat dipahami oleh orang orang yang bukan sekedar berakal, tetapi juga mempergunakan akalnya. Wallahua'lamu.

Sumber : zilzaal
Read more...

Fadhilah Shalat Tarawih


Dari Sayyidna Ali bin Abu Thalib, ia berkata,” Nabi Saw ditanya mengenai fadilah shalat Tarawih dalam bulan Ramadhan. Lalu beliau menjawab, yaitu,"

1. Awal malam Ramadhan, orang mukmin diampuni dosanya, bersih seperti bayi lahir dari kandungan ibunya.
2. Malam kedua, ia diampuni dosanya dan kedua orang tuanya yang mukmin.
3. Malam ketiga, malaikat memanggil dari bawah “Arasy, berseru,”Segeralah kamu beramal, Allah mengampuni dosa-dosamu terdahulu terdahulu.”
4. Malam keempat, diberi pahala sebanyak pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al Quran.
5. Malam kelima, diberi pahala sebanyak pahala shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha.
6. Malam keenam, diberi pahala sebanyak pahala thawaf di Baitul Makmur, setiap batu-batuan dan tanah liat beristighfar untuknya.
7. Malam ketujuh, seolah-olah bertemu Nabi Musa berjuang bersama melawan Fir’aun dan Haman.
8. Malam kedelapan, diberi segala yang telah diterima Nabi Ibrahim AS.
9. Malam kesembilan, seolah-olah ia beribadah yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad Saw.
10. Malam kesepuluh, Allah memberinya kebaikan dunia dan akhirat.
11. Malam kesebelas, ia bakal meninggal dunia bersih dari segala dosa, seperti bayi baru lahir dari kandungan ibunya.
12. Malam keduabelas, kelak wajahnya bercahaya seperti bulan purnama di hari kiamat.
13. Malam ketigabelas, kelak di hari kiamat aman dari segala kejahatan.
14. Malam keempatbelas, dibebaskan dari hisab, para malaikat memberi kesaksian atas ibadah shalat Tarawihnya.
15. Malam kelimabelas, bershalawatlah kepadanya segenap malaikat, penanggung ‘Arasy dan Kursi.
16. Malam keenambelas, dibebaskan dari siksa api neraka, dan bebas pula masuk Surga.
17. Malam ketujuhbelas, diberi pahala seperti yang diterima para Nabi.
18. Malam kedelapanbelas, malaikat memanggilnya,”Ya hamba Allah, engkau dan kedua bapak-ibumu telah diridhai oleh Allah Swt.
19. Malam kesembilanbelas, derajatnya ditinggikan di Surga Firdaus. Fadhilah Shalat Tarawih
20. Malam keduapuluh, diberi pahala syuhada dan shalihin.
21. Malam keduapuluhsatu, dibangunkan sebuah gedung nur di Surga.
22. Malam keduapuluhdua, kelak di hari kiamat aman dari bencana yang menyedihkan dan menggelisahkan.
23. Malam keduapuluhtiga, dibangunkan sebuah kota di Surga.
24. Malam keduapuluhempat, doa yang dipanjatkan sebanyak 24 doa dikabulkan.
25. Malam keduapuluhlima, dibebaskan dari siksa kubur.
26. Malam keduapuluhenam, pahala baginya ditingkatkan selama 40 tahun.
27. Malam keduapuluhtujuh, melintasi Shirat bagai kilat menyambar.
28. Malam keduapuluhdelapan, ditinggikan derajatnya 1000 tingkat di Surga.
29. Malam keduapuluhsembilan, diberi pahala sebanyak 1000 haji mabrur.
30. Malam ketigapuluh, diseru Allah dengan firman-Nya,”Ya hamba-Ku, silahkan makan buah-buahan Surga, silahkan mandi air Salsabil, dan minumlah dari telaga Kautsar, Akulah Tuhan-mu dan kamu adalah hamba-Ku.
Read more...

Mantra Naga Bumi


Mantra Naga Bumi:
Sandiwara radio dengan latar belakang mataram kuno, sebuah kisah misteri tentang hilangnya Kitab Lawang Pitu dan Mahkota Biru, lambang keperkasan Mataram kala itu yang penuh dengan ketegangan, dendam serta kisah romantis yang mengharukan.

Tokoh Sandiwara:
- RANGGA GENI
- DYAH AYU PENGUKIR
- PUTRI CEMANI
- RAKAI MAHESA
- RAKAI GALUH
- CADAR PERAK
- NYAI BALITUNG
- KIDENTA
- NI LOT KENCANA
- NILOT MAHESI
- NAGA CALING
- DURGA NINI
- SRITI WANGI
- PRATIKSARA
- RAMA WISESA
- SASRI TUNGGADEWI DLL.

Judul EPISODE :
1.MAHKOTA BIRU
2.PENDEKAR PEDANG KRATON
3.PENGANTIN BISU 4.TANDING KASMARAN
5.TUMBAL ARCA SETAN
6.RAHASIA HUTAN WANA BAYA
7.GEGER MERAK JINGGA
8.SATRIA RAMBUT PUTIH
9.LOLONG TENGAH MALAM
10.KEMBALINYA MAHKOTA BIRU
11.DENDAM DARAH DAN CINTA
12.PERBURUAN BERDARAH
13.GELORA BARA DAN CINTA
14.MISTERI BINTANG KEMUKUS
15.MISTERI TRISULA PERAK
16.DENDAM MEMBARA
17.ORANG MATARAM
18.PANJI BERDARAH
19.RAHASIA DAN ANGKARA
20.ASMARA DIATAS BARA
21.MENDUNG DIGUNUNG MERAPI
22.MISTERI KALUNG KEPALA HARIMAU
23.BADAI DIKAKI MERAPI
24.TAHTA PUTRA MAHKOTA
25.MENYUSUN TEMBOK RERUNTUHAN
26.GEGER KITAB MANTRA NAGA BUMI
27.JEJAK DENDAM
28.MISTERI MALAM PENGANTIN
29.DENDAM SANG PERMAISURI
30.MENCARI JEJAK SANG PEMBUNUH
31.SEPASANG PEDANG PEMBUNUH
32.GEGER SEPASANG PEDANG
33.RAHASIA SEPASANG PEDANG
34.PRAHARA PUSAKA LELUHUR
35.BARA YANG MENYALA
36.MALAM BERKABUT DUKA
37.PEREMPUAN PENJAGA MALAM
38.TAHTA YANG MEMBARA
39.HANCURNYA MERAK JINGGA
40.TAMAT
Read more...

WAHYU ASTA BRATA


Wahyu Asta Brata sandiwara radio dengan latar belakang Kesultanan Mataram, menguak fakta, sejarah dan budya wong agung Mataram, menguak Misteri Ratu Pantai Selatan, menguak sejarah perjalanan Mataram dalam menuju puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Panembahan Krapyak sampai Sultan Agung.

NASKAH KARYA ; BUANERGIS MURYONO MUSIK : HARRY SABAR MONTASE : JIMMY MUMUH... PEMBACA CERITA : ASDI SUHASTRA SUTRADARA : FERRY FADLYSPONSOR : PT DELTOMET JAMU GUNUNG GIRI TAYANG : 01 PERBUARI 1994 FERRY FADLY SBG KI WARIH WULUNG ELLY ERMAWATIE SBG NI WARIH PETRUS URSPON SBG AJI SUKMO DEWASANORMAN SBG AJI SUKMO KECIL IVONNE ROSE SBG WULAN YULIE MULYANA SBG DEWI KUSUMA IDRIS AFANDI SBG TUMENGGUNG GENDING M ABOED SBG KOLOCOKRO EDY DHOSA SBG PANGERAN JOYOROGO IWAN DAHLAN SBG PANGERAN MANGKUBUMI ANA SAMBAYON SBG NYAI SOROK HARRY AKHIQ SBG ADIPATI MANDARAKA

Judul EPISODE:
1. Carita Adipurwa
2.Sampur Jalasutra
3.Pangeran Puger Mbalelo
4.Geger Demak Bintoro
5.Sang Mempelai
6.Roro Sunti
7.Hati Harima
8.Dewi Kusuma
9.Pangeran Joyorogo Kedu
10.Luka Durjana
11.Alam Prayangan
12.Warih Maya
13.Tri Rupo Jalmo
14.Wisuda Pangeran Rangsang
15.Mempelai Abadi
16.Pahlawan Abadi
Read more...

Jumat, 14 Juni 2013

Srigala Mataram

Srigala Mataram (1990-1991) adalah serial sandiwara radio yang mengambil latar belakang sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda. Tokoh utama serial ini ada Ronggo Panuntun (Hari Akik) seorang pendekar muda murid Kiai Takeran. Dengan kesaktiannya yang tinggi bersama para pendekar lainnya dia berjuang melawan penjajah. Ronggo Panuntun memiliki ilmu Macan Singolodoyo, yaitu ilmu silat yang berlandaskan pada kekuatan singa. Bagi yang menguasai ilmu ini dengan sempurna dia bisa berubah menjadi macan. Ronggo mempunyai sehabat seekor burung elang yang bernama Kiai Cakar Watang. Burung Elang ini akan datang jika dipanggil. Senjata Ronggo Panuntun adalah paser kayu Mimang dan bedil berlaras pendek Kiai Pacarutah. Read more...

Badai Laut Selatan

Salah satu cerita silat Karya Kho Ping Hoo yang di adaptasi menjadi sandiwara radio adalah Badai Laut Selatan. Sandiwara ini mengudara sekitar tahun 1990 sampai tahun 1992. Sandiwara radio yang diproduksi oleh Idola Citra Utama Record ini mengisahkan hilangnya pusaka Mataram hingga terbaginya Mataram menjadi dua, yaitu Panjalu dan Jenggala. Tokoh-tokoh besar dalam sandiwara ini antara lain: Pujo (Lukman Tambose), Kartikosari (Ivon Rose), Joko Wenangpati (Petrus Urspon), Wisang Jiwo (Rusli), Roro Luhito (Lili Nur Indahsari), Joko Wandiro (Ferry Padli) dan AyuCandra (Lili Nur Indahsari). Dalam Sandiwara ini Pak Asdi berperan sebagai Prabu Erlangga dan Resi Sambada. Read more...

Misteri Gandrung Arum

Misteri Gandrung Arum adalah serial sandiwara radio yang berlatar belakang sejarah runtuhnya kejayaan Majapahit pasca meninggalnya prabu Hayam Wuruk. Misteri Gandrung Arum disiarkan pada tahun 1989. Sandiwara ini mengisahkan perebutan Keris Pusaka Gandrung Arum, sebuah pusaka Majapahit yang hilang. Tokoh utama dalam serial ini antara lain: Kakak beradik Bayu Segara dan Mayang Segara, Kidangbawuk, Dewi Rengganis, Raden Reksapati, Chau Sen, Kudawananpati, Gajahlodra, dan Raden Guntaran. Sedangkan tokoh jahatnya antara lain: Kuntibawuk, Ki Tapakmanggala, Ki Sampar Angin, dan Ki Jarubanter.



Bayu Segara (Petrus Urspon) dan Mayang Segara (Hana Pertiwi) adalah murid Empu Baradageni dari Padepokan Pasir Angin. Mereka selalu bertualang bersama. Merekalah yang akhirnya menemukan Keris Gandrung Arum di Curuk Malayangan dan menyerahkannya kepada ratu Kusumawardani.



Kidang bawuk (Idris Afandi) adalah prajurit muda Majapahit yang setia. Dia masih keturunan Rakrian Lembosora, pengikut setia Raden Wijaya. Setelah Senapati Lembu peteng tewas dia diangkat menjadi senapati. Kidang bawuk sebenarnya mencintai Mayang Segara, tapi cintanya tidak terbalas, karena Mayang Segara telah memilih Raden Guntaran (Hari Akik).



Perguruan Dadaka Ireng adalah perguruan ilmu kanuragan yang termasyur. Pemimpinnya adalah Empu Dadaka Ireng. Dari sinilah Dewi Rengganis (Margaret), Kudawanenpati (Wenda Lubis), Raden Reksapati (Bambang Jeger), Chau Sen (Dedi), dan Gajah lodra (Heri Setiono).



Dewi Rengganis adalah puteri Empu Dadaka Ireng. Namun dia tinggal bersama bibinya Roro Surengrana di gunung Wengker. Belakangan diketahui kalau sesungguhnya dia adalah anak Prabu Hayam Wuruk dari Isteri Empu Dadaka Ireng. Dewi Rengganis terlibat cinta Segi tiga dengan sodara Seperguruannya, yaitu Raden Reksapati dan Chausen, seorang pemuda peranakan Cina. Kisah Cinta segi tiga ini berakhir di Hutan Randu Anom. dan Dewi Rengganis memilih Chao Sen, karena dia telah menggandung anaknya. Chao Sen yang terluka oleh Raden Reksapati pergi dan akhirnya menjadi seorang pendeta Budha. Dia tewas dalam perang Paregreg.



Kudawanenpati sangat berambisi untuk menjadi jago nomor satu. Namun dia tewas ketika Merebut Pedang Nagageni dari tangan Bayu Segara. Gajah lodra mengabdikan dirinya pada Adipati Bre Wirabumi sebagai Prajurit Belambangan. Dia tewas dalam Perang Paregreg.



Berikut ini adalah daftar Episode Misteri Gandrung Arum:

1. Lembayung Memerah Di Atas Majapahit.

2. Bunga Gunung Wengker.

3. Pendekar Sejati tanpa tanding.

4. Lembayung Membara.

5. Darah Terpercik Di Parakan.

6. Genderang Perang BreWirabumi.

7. Senandung Cinta Di Hutan Randu Anom.

8. Misteri Curuk Malayangan.

9. Hutang Nyawa Laksamana Ceng Hoo.

10. Banjir Darah Di Paregreg.1

1. Amuk Dendam Nagageni.

12. Kidung Parawasa.

13. Dendam Tanah Selatan.

14. Merahnya Matahari Di Atas Majapahit.



Misteri Gadnrung Arum dinarasikan oleh Asdi Suhastra dan Nusri Nurdin.
Read more...

Pilar-Pila Rasitakala

Sekitar tahun 1992 ada serial sandiwara radio yang judulnya Pilar - Pila Rasitakala. Sandiwara ini berlatar belakang hancurnya kerajaan Mataram Hindu akibat mahapralaya letusan Gunung Merapi. Tokoh utama dalam sandiwara ini adalah Pramanca yang diperankan oleh Ferry Padli. Sepeninggal ayahnya dia banyak dibimbing oleh pamannya, yaitu Danarpati yang diperankan oleh Asdisuhastra. Pramanca mempunyai pusaka sakti antara lain Pedang Kandaga Sailentra, Cincin Watukresna dan Genta Betara Siwa.

Setelah terjadinya mahapralaya, Kerajaan Mataram pindah ke Jawa Timur. Penguasanya adalah Dinasti Isana dengan rakamua Empu Sindok. Pramanca akhirnya menjadi perwira Mataram dan menikah dengan Sasikarani yang diperankan oleh Neni Haryoko dan Kumodawardani yang diperankan oleh Lili Nur Indahsa
Read more...

Jumat, 12 April 2013

Sedekah Seorang Kristian

Alkisah disebutkan bahawa di kota Array terdapat Qadhi yang kaya-raya. Suatu hari kebetulan hari Asyura' datanglah seorang miskin meminta sedekah. Berkatalah si miskin tadi, "Wahai tuan Qadhi, adalah saya seorang miskin yang mempunyai tanggungan keluarga. Demi kehormatan dan kemuliaan hari ini, saya meminta pertolongan daripada tuan, maka berilah saya sedekah sekadarnya berupa sepuluh keping roti, lima potong daging dan duit dua dirham." Qadhi menjawab, "Datanglah selepas waktu zohor!"

Selepas sembahyang zohor orang miskin itu pun datang demi memenuhi janjinya. Sayangnya si Qadhi kaya itu tidak menepati janjinya dan menyuruh si miskin datang lagi selepas sembahyang Asar. Apabila dia datang selepas waktu yang dijanjikan untuk kali keduanya itu, ternyata si Qadhi tidak memberikan apa-apa. Maka beredarlah simiskin dari rumah si Qadhi dengan penuh kecewa. Di waktu si miskin jalan mencari-cari, ia melintas di depan seorang kristian sedang duduk-duduk di hadapan rumahnya. Kepada orang Kristian itu si miskin minta sedekah, "Tuan, demi keagungan dan kebesaran hari ini berilah saya sedekah untuk menyara keluarga saya."

Si Kristian bertanya, "Hari apakah hari ini?" "Hari ini hari Asyura", kata si miskin, sambil menerangkan keutamaan dan kisah-kisah hari Asyura'. Rupanya orang Kristian itu sangat tertarik mendengar cerita si peminta sedekah dan hatinya berkenan untuk memberi sedekah. Berkata si Kristian, "Katakan apa hajatmu padaku!" Berkata si peminta sedekah, "Saya memerlukan sepuluh keping roti, lima ketul daging dan wang dua dirham sahaja." Dengan segera ia memberi si peminta sedekah semua keperluan yang dimintanya. Si peminta sedekah pun balik dengan gembira kepada keluarganya. Adapun Qadhi yang kedekut telah bermimpi di dalam tidurnya.

"Angkat kepalamu!" kata suara dalam mimpinya. Sebaik sahaja ia mengangkat kepala, tiba-tiba tersergam di hadapan matanya dua buah bangunan yang cantik. Sebuah bangunan diperbuat dari batu-bata bersalut emas dan sebuah lagi diperbuat daripada yaqut yang berkilau-kilauan warnanya. Ia bertanya, "Ya Tuhan, untuk siapa bangunan yang sangat cantik ini?" Terdengar jawapan, "Semua bangunan ini adalah untuk kamu andaikan sahaja kamu mahu memenuhi hajat si peminta sedekah itu. Kini bangunan itu dimiliki oleh seorang Kristian."

Apabila Qadhi bangun dari tidurnya,iapun pergi kepada Kristian yang dimaksudkan dalam mimpinya. Qadhi bertanya kepada si Kristian, "Amal apakah gerangan yang kau buat semalam hingga kau dapat pahala dua buah bangunan yang sangat cantik?" Orang Kristian itu pun menceritakan tentang amal yang diperbuatnya bahawa ia telah bersedekah kepada fakir miskin yang memerlukannya pada hari Asyura' itu.
Kata Qadhi, "Juallah amal itu kepadaku dengan harga seratus ribu dirham." Kata si Kristian, "Ketahuilah wahai Qadhi, sesungguhnya amal baik yang diterima oleh Allah tidak dapat diperjual-belikan sekalipun dengan harga bumi serta seisinya." Kata Qadhi, "Mengapa anda begitu kedekut, sedangkan anda bukan seorang Islam?"
Ketika itu juga orang Kristian itu membuang tanda salibnya dan mengucapkan dua kalimah syahadat serta mengakui kebenaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.
Read more...

Kamis, 04 April 2013

Dibalik Cerita Syeh Jangkung

Menurut babad tanah jawa dan cerita Tutur tinular yang hingga sekarang masih diyakini kebenarannya oleh masyarakat, Saridin (Syeh Jangkung) di sebut-sebut sebagai putra Sunan Muria dengan istri yang bernama Dewi Samaran. Versi lain menyebutkan bahwa nama asli beliau adalah Raden Syarifudin putra dari Raden Singa Parna (Syeh Syafi'i) bersama ibu Robi'ah Attaji (Sekar Tanjung). Data tersebut terlampir dalam penafsiran Pondok Pesantren yang terletak di sekitar area makam.
Makam beliau berada di Ds. Landoh kec. Kayen Kab. Pati. Disekitar makam tersebut juga terdapat beberapa makam:
a. Makam istri-istri beliau RA. Retno Jinoli dan RA. Pandan Arum
b. Makam bakul legen, Prayoguna dan Bakirah.

Karena cerita Syeh Jangkung yang begitu melegenda, akhirnya cerita ini diangkat dalam sebuah karya oleh seni budaya ketoprak pati Sri Kencana. Cerita ini sangat populer pada masanya bahkan sampai saat ini. Namun setelah kami dengarkan cerita dari seri ketoprak Sri Kencana tersebut terasa ada yang janggal dalam cerita ini.
1. Siapakah pengsuh saridin sejak kecil?
2. Siapakah yang disebut-sebut dengan panggilan mboke momok?
3. Mungkinkah Sunan Kudus mempunyai sifat seperti itu?

1). Babad tanah jawa menuturkan bahwa pengasuh Saridin sejak kecil adalah Ki Ageng Kiringan, akan tetapi versi lain menyebutkan, saridin diasuh Ki Ag Kiringan itu kurang benar sebab Ki Ag. Kiringan hidup pada masa Pakubuwono II + 1700 sedangkan Saridin wafat tahun 1563 tepatnya tgl 15 rajab. dan mereka memprediksi, kemungkinan besar pengasuh saridin adalah Ki Ag. Dharmoyono (Ki gede Miyono atau Ki Anut). Karena berdasarkan penelitian dan penemuan benda-benda bersejarah di sekitar makam Ki Anut lebih mendekati kebenaran.
Siapakah Ki Ag. Dharmoyono atau Ki gede Miyono itu?
[Data dari juru kunci Ki gede Miyono]:
Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) adalah seorang pendatang, dari Tuban Jawa Timur, datang ke Miyono, pada waktu itu disebut Desa Tohyaning. Beliau merupakan cucu dari R. Ahmad Sahur Bupati Wilotikto Tuban, dan ibunya Dewi Sari (Sarifah) adik kandung Raden Sahid (Sunan Kalijaga). Ayah Ki Ageng Dharmoyono adalah bernama Empu Supo (Supo Madu Rangin), Kakeknya bernama Empu Supondriyo (Dharmokusumo) bin Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri).

2). Di dalam cerita memang tidak disebutkan siapa nama mboke momok, namun bila kita melihat di sekitar area makam saridin yang menyebutkan bahwa disana terdapat beberapa makam istri-istri saridin (Syeh Jangkung) diantaranya:
RA. Retno Jinoli dan RA. Pandan Arum. Maka kemungkinan besar yang disebut mboke momok adalah RA. Pandan Arum.
Siapakah RA. Pandan Arum?
Karena kalau kita lihat dari namanya, beliau ini bukanlah cuma rakyat biasa?

3). Bupati Pati memvonis saridin telah bersalah, karena pembunuhan atas kakak iparnya sendiri dan pada akhirnya akan dihukum mati. Saat hukuman itu tiba dengan izin Allah saridin dapat meloloskan diri, saridin jadi kejar-kejarannya prajurit Pati hingga sampailah saridin di Panti Kudus.
Disinilah timbulnya kejanggalan dan terasa aneh memang?
Mungkin ceritanya akan lain jika:
Kedatangan Saridin ke panti Kudus hanyalah untuk menemui pamannya (Sunan kudus) untuk meminta solusi dari permasalahanya dan bukan untuk menyantri.
Hal ini dikarenakan Saridin adalah salah seorang murid (masih berstatus santri) dari Sunan Kalijaga, jadi manalah mungkin Saridin yg sudah menjadi murid Sunan Kalijaga menyantri kembali pada Sunan kudus, Ngangsu ngganggo keranjang? (mengambil air dengan keranjang) Ya.....mustahil..... Mungkin itu hanyalah sebuah ungkapan peribahasa yang dibuat-buat dalam cerita tsb. Terlebih lagi dugaan tentang Ki Ag. Dharmoyono yang disebut-sebut sebagai pengasuh saridin sejak kecil? bila dugaan itu benar, maka sudah jelas ontran2 di panti kudus itu hanyalah cerita fiktif saja. Karena saridin sudah dipastikan belajar agama sejak kecil dan berguru kembali pada Sunan Kalijaga.

Setelah beberapa hari disana, akhirnya Saridin pamit meninggalkan panti kudus karena ia tidak mau melibatkan Sunan Kudus dalam masalahnya, pada akhirnya beliau bertemu kembali dengan gurunya Syeh Malaya. Saridin ditugaskan untuk mendalami ilmu Tasawufnya sekaligus sebagai hukuman atas kesalahannya, beliau dilarung ke laut selama sewindu dengan hanya menggunakan sepasang buah kelapa (klopo sekantet).

Di cerita Ketoprak Sri kencono Sunan Kudus di gambarkan sebagai orang yang mempunyai sifat iri dendam dan bahkan licik karena niatnya untuk membunuh Saridin, tentu saja sifat seperti itu tidak mencerminkan sebagai seorang wali. Padahal kalau kita tengok sejarahnya Sunan kudus, Beliau adalah seorang panglima perang menggantikan ayahnya Sunan Ngudung. Pada saat perang Demak bintara dengan Majapahit, Sunan kudus berhasil mengalahkan Adipati Pecattanda, Sunan kudus berniat untuk membunuhnya karena Pecattanda adalah pembunuh sang ayah (Sunan Ngudung) namun melihat keadaan Pecattanda yang sudah tak berdaya dan berjanji untuk bertaubat, beliau mengampuni dan menyerahkan Pecattanda kepada Raden Patah untuk diadili lebih lanjut. Kelapangan hati Sunan Kudus sangatlah besar terbukti beliau rela melepaskan pembunuh ayahnya , Jadi manalah mungkin beliau berseteru dengan Saridin? Apalagi berniat untuk membunuhnya? Terlebih lagi Saridin yang sudah bergelar Syeh Jangkung bertujuan sama, Mensyiarkan agama Islam.

Sedikit argumen dari kami semoga ada yang berkenan menambahkan untuk mencari pencerahan.
Read more...

Jumat, 22 Maret 2013

Silsilah Para Wali

Tulisan ini kami terjemahkan dan kami intisarikan dari kitab kecil yang berjudul Tarich al-Auliya susunannya K.H. Bisyri Musthofa Rembang

Untuk mengawali silsilah para wali di nusantara, maka tidak terlepas dari ke-empat tokoh besar, yaitu :
1). Sayyid Jamaluddin Husain as-Samarqandiy
2). Raden Arya Galuh Pajajaran
3). Raja Kuntara Cempa Kamboja
4). Prabu Brawijaya V

A. Silsilah dari Asmaraqondiy

Sayyid Jamaluddin Husain atau Maulana Muhammad Jumadil Kubro atau Ahmad Syah as-Samarqandiy adalah putra Abdulloh Khan, putra Amir Abdul Malik, putra Sayyid Alwi,, putra Sayyid Ali, putra Sayyid Muhammad, putra Sayyid Alwi, putra Sayyid Muhammad, putra Sayyid Alwi, putra Sayyid Abdulloh, putra Sayyid Ahmad al-Muhajir al-Faqih al-Muqoddam, putra Sayyid Isa al-Bashriy, putra Sayyid Muhammad ar-Rumiy, putra Sayyid Ali al-’Aridhiy, putra Sayyid Ja’far as-Shodiq, putra Sayyid Muhammad al-Baqir, putra Sayyid Ali Zainul Abidin, putra Sayyid Husain, Putra Kholifah Ali bin Abu Tahlib dengan Sayyidah Fathimah binti Nabi Muhammad SAW.

Dua orang putra dari Sayyid Jamaluddin Husain yang berdakwah di nusantara adalah: Maulana Ishaq dan Maulana Malik Ibrohim Asmaraqandiy.

B. Silsilah dari Jawa

Raden Arya Galuh putra Arya Randu Kuning, putra Arya Metahun, putra Arya Banjaran, putra Mundi Sari, putra Raden Laliyan (Pajajaran), putra Rawis Renggo (Jenggala), putra Tebu, putra Lembu Amiluhur (Jenggala), putra Resi Kentuyu, putra Gandihawan, putra Serima Punggung, putra Sila Jalu, putra Panca Deriya, putra Citra Suma, putra Suma Wicetra, putra Gendra Yana, putra Jaya Amijaya, putra Jaya Darma, putra Hudayana, putra Parikesit, putra Angka Wijaya, putra Arjuna, putra Pandu, putra Habi Washa, putra Pula Sara, putra Raden Sahri, putra Raden Sekutrem, putra Raden Sutopo, putra Raden Mana Wasa, putra Raden Mari Gena, putra Sang Hyang Trusthili, putra Seri Kati, putra Wisnu, putra Sang Hyang Guru hingga ke Nabi Adam AS.

Raden Arya Galuh memiliki dua orang anak, yaitu : Arya Penanggungan dan Ronggolawe.

Arya Penanggungan memiliki tiga orang anak, yaitu :
1). Arya Baribin
2). Arya Teja (Adipati Tuban
3). Ki Ageng Tarub

Arya Baribin memiliki dua orang anak, yaitu :
Raden Ayu Maduretno, dan Raden Jakandar (Sunan Bangkalan Madura).

Arya Teja (Adipati Tuban) memiliki dua orang anak, yaitu :
Dewi Candrawati (Diperistri oleh Sunan Ampel), dan Raden Sahur Tumenggung Wilatikta Tuban (Ayahanda Raden Syahid Sunan Kalijaga).

Ki Ageng Tarub memiliki tiga orang anak, yaitu :
1). Dewi Nawang Sih
2). Dewi Nawang Sasi
3). Dewi Nawang Arum

Dewi Nawang Sasi menikah dengan Raden Jakandar (Sunan Bangkalan) putra Arya Baribin memiliki dua orang anak, yaitu :
1). Dewi Hisah (Istrinya Sayyid Abdul Qodir Sunan Gunung Jati)
2). Dewi Hirah (Istrinya Raden Mahdum Ibrohim Sunan Bonang)

Dewi Nawang Arum menikah dengan Raden Sahur Tumenggung Wilatikta putra Arya Teja memiliki dua orang anak, yaitu :
Raden Syahid (Sunan Kalijaga), dan Dewi Sari (Istrinya Sunan Ngudung)

C. Silsilah dari Cempa

Raja Kuntara Cempa Kamboja memilki tiga orang anak, yaitu :
1). Dwarawati Murdaningrum (diperistri oleh Prabu Kartawijaya atau Prabu Brawijaya Majapahit)
2). Dewi Candra Wulan (diperistri oleh Maulana Malik Ibrohim Asmaraqandiy)
3). Raden Cingkara

D. Keturunan Maulana Malik Ibrohim Asmaraqandiy

Maulana Malik Ibrohim dengan Dewi Candra Wulan putrinya Raja Cingkara memiliki tiga orang anak, yaitu :
1). Raja Pendita
2). Raden Rahmat (Sunan Ampel)
3). Siti Zainab

Raja Pendita Menikah dengan Raden Ayu Madu Retno putrinya Arya Baribin memiliki tiga orang anak, yaitu :
1). Haji Utsman (Sunan Manyuran Mandalika)
2). Utsman Haji (Sunan Ngudung)
3). Nyai Gede Tanda

Raden Rahmat (Sunan Ampel) memiliki dua orng istri, yaitu :
Dewi Candrawti putinya Arya Teja Adipati Tuban, dan Dewi Karimah putrinya Ki Bang Kuning.

Dengan Dewi Candrawati beliau memiliki lima orang anak, yaitu :
1). Siti Syari’ah (Menikah dengan Haji Utsman Sunan Manyuran)
2). Siti Muthmainnah (Menikah dengan Sayyid Muhsin Sunan Wilis)
3). Siti Hafshah (Manikah dengan Sayyid Ahmad al-Yamaniy)
4). Raden Mahdum Ibrohim (Sunan Bonang)
5). Raden Qosim (Sunan Derajat Sidayu)

Dan dengan Dewi Karimah beliau memiliki dua putri, yaitu :
1). Dewi Murtasiyah (Menikah dengan Sunan Giri)
2). Dewi Murtasimah (Menikah dengan Raden Fatah Sultan Demak)

E. Keturunan Maulana Ishaq bin Sayyid Jamaluddin Husain

Maulana Ishaq berdakwah di daerah Pasai memiliki dua orang anak, yaitu :
Sayyid Abdul Qodir (Sunan Gunung Jati Cirebon) dan Dewi Saroh (diperistri oleh Sunan Kalijaga). Kemudian Maulana Ishaq berdakwah ke Blambangan Banyuwangi menikah dengan Dewi Sekar Dadu putrinya Minak Sembuyu Adipati Blambangan memiliki seorang putra yang bernama Raden Paku atau Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri).

F. Silsilah Perpaduan Antara Asmaraqandiy dengan Jawa dan Cempa

1). Sunan Ngudung (Utsman Haji putra Raja Pendita putra Maulana Malik Ibrohim Asmaraqandiy) menikah dengan Dewi Sari putrinya Raden Sahur Tumenggung Wilatikta) memiliki dua orang anak, yaitu :
. Dewi Sujinah (Istrinya Sunan Muria)
. Raden Amir Haji (Sunan Kudus)

2). Sunan Bonang (Raden Mahdum Ibrohim) putra Sunan Ampel menikah dengan Dewi Hirah putrinya Raden Jakandar memiliki satu orang putri bernama Dewi Ruhil yang menikah dengan Amir Haji Sunan Kudus.

3). Sunan Gunung Jati (Sayyid Abdul Qodir putra Maulana Ishaq) menikah dengan Dewi Hisah putrinya Raden Jakandar memiliki dua orang anak, yaitu :
Sayyid Abdul Jalil (Syekh Siti Jenar Jepara), dan Dewi Shufiyah (Istrinya Raden Qosim Sunan Derajat)

4). Sunan Kalijaga (Raden Syahid) putra Raden Sahur (Tumenggung Wilatikta Tuban dengan Dewi Nawang Arum putrinya Ki Ageng Tarub), Raden Sahur putra Arya Teja (Adipati Tuban), putra Arya Penanggungan, putra Arya Galuh, putra Arya Randu Kuning, putra Arya Metahun, putra Arya Banjaran (Sudara Prabu Mundi Wangi Pajajaran dan sekaligus menjadi patih di kerajaannya), putra Mundi Sari (Pajajaran). Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Saroh putrinya Maulana Ishaq memiliki tiga orang anak, yaitu :
. Raden Sa’id (Sunan Muria)
. Dewi Ruqoiyah
. Dewi Shofiyah

G. Silsilah Keturunan Prabu Brawijaya V Raja Majapahit Terakhir

Prabu Brawijaya atau Kartawijaya atau Kertabhumi adalah putra dari Raden Suruh (Adipati Majalengka), putra Prabu Mundi Wangi (Raja Pajajaran), putra Mundi Sari, putra Raden Laliyan (Pajajaran), putra Rawis Renggo (Jenggala), dan untuk seterusnya lihat silsilah Raden Arya Galuh.
Prabu Brawijaya memiliki anak banyak sekali, karena di dalam satu riwayat diceritakan bahwa istrinya berjumlah lebih dari 25 orang. Dan adapun anaknya yang dapat disebutkan, maka beberapa diantaranya adalah :

Dari Istri Permaisuri adalah Raden Arya Damar (Adipati Palembang). Dari Istri Dwarawati Murdaningrum putrinya Raja Kuntara Cempa adalah :
1). Putri Hadiy (Istrinya Adipati Dayaningrat Pengging)
2). Raden Lembu Peteng (Madura)
3). Raden Gugur

Dari Istri Putri Cempa yang lain keturunan China putrinya Ma Hong Fu (Kyai Batong) adalah: Raden Jin Bun atau Raden Hasan atau Raden Fatah (Sultan Demak Bintara)
Dari Istri Ponorogo adalah : Betara Katung dan Adipati Luwanu.
Dari Istri Bagelain adalah : Raden Jaran Penoleh (Sampang Madura).

Raden Fatah (Sultan Demak) menikah dengan Dewi Murtasimah putrinya Sunan Ampel memiliki lima orang anak, yaitu :

1). Pangeran Purba
2). Pangeran Trenggana
3). Raden Bagus Sida Kali
4). Raden Kanduruhan
5). Dewi Ratih

Seperti inilah yang telah disebutkan oleh K.H. Bisyri Musthofa Rembang di dalam kitabnya yang berjudul Tarikh al-Auliya. Dan adapun menurut naskah babad dan serat disebutkan bahwa Raden Fatah memiliki tiga orang istri, yaitu :

1). Putri Sunan Ampel menjadi permaisuri utama, memiliki dua putra, yaitu : Pangeran Surya (Adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor), dan Pangeran Trenggana
2). Putri Raden Sanga, memiliki satu putra, yaitu Raden Kanduruwan
3). Putri Bupati Jipang Panolan, memiliki dua anak, yaitu : Pangeran Kikin (Pangeran Sekar Seda Lepen), dan Ratu Mas Nyawa.

http://infotekkom.wordpress.com
Read more...

Silsilah Sunan Gunung Jati

Nabi Muhammad SAW
Sayyidah Fatimah Az-Zahra
Sayyidina Ali bin Abu Tholib
Al-Imam Sayyidina Hussain
Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin
Sayyidina Muhammad Al Baqir
Sayyidina Ja’far As-Sodiq
Sayyid Al-Imam Ali Uradhi
Sayyid Muhammad An-Naqib
Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi
Ahmad al-Muhajir
Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah
Sayyid Alawi Awwal
Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah
Sayyid Alawi Ats-Tsani
Sayyid Ali Kholi’ Qosim
Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut)
Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India)
Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan
Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan
Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan
Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan @ ‘Ali Nurul ‘Alam
Sayyid ‘Umadtuddin Abdullah Al-Khan
Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah Al-Khan

SYARIF HIDAYATULLAH – SUNAN GUNUNG JATI berputera :

Ratu Ayu Pembayun
Pangeran Pasarean
Pangeran Jaya Lelana
Maulana Hasanuddin
Pangeran Bratakelana
Ratu Wianon
Pangeran Turusmi

PANGERAN HASANUDDIN – PANEMBAHAN SUROSOWAN (1552-1570) berputera :

Ratu Pembayun
Pangeran Yusuf
Pangeran Arya Japara
Pangeran Suniararas
Pangeran Pajajara
Pangeran Pringgalaya
Pangeran Sabrang Lor
Ratu Keben
Ratu Terpenter
Ratu Biru
Ratu Ayu Arsanengah
Pangeran Pajajaran Wado
Tumenggung Wilatikta
Ratu Ayu Kamudarage
Pangeran Sabrang Wetan

MAULANA YUSUF PANEMBAHAN PAKALANGAN GEDE (1570-1580) berputra :

Pangeran Arya Upapati
Pangeran Arya Adikara
Pangeran Arya Mandalika
Pangeran Arya Ranamanggala
Pangeran Arya Seminingrat
Ratu Demang
Ratu Pecatanda
Ratu Rangga
Ratu Ayu Wiyos
Ratu Manis
Pangeran Manduraraja
Pangeran Widara
Ratu Belimbing
Maulana Muhammad

MAULANA MUHAMMAD PANGERAN RATU ING BANTEN (1580-1596) berputra :

Pangeran Abdul Kadir

SULTAN ABUL MAFAKHIR MAHMUD ‘ABDUL KADIR KENARI (1596-1651) berputra :

Sultan ‘Abdul Maali Ahmad Kenari (Putra Mahkota)
Ratu Dewi
Ratu Ayu
Pangeran Arya Banten
Ratu Mirah
Pangeran Sudamanggala
Pangeran Ranamanggala
Ratu Belimbing
Ratu Gedong
Pangeran Arya Maduraja
Pangeran Kidul
Ratu Dalem
Ratu Lor
Pangeran Seminingrat
Ratu Kidul
Pangeran Arya Wiratmaka
Pangeran Arya Danuwangsa
Pangeran Arya Prabangsa
Pangeran Arya Wirasuta
Ratu Gading
Ratu Pandan
Pangeran Wirasmara
Ratu Sandi
Pangeran Arya Jayaningrat
Ratu Citra
Pangeran Arya Adiwangsa
Pangeran Arya Sutakusuma
Pangeran Arya Jayasantika
Ratu Hafsah
Ratu Pojok
Ratu Pacar
Ratu Bangsal
Ratu Salamah
Ratu Ratmala
Ratu Hasanah
Ratu Husaerah
Ratu Kelumpuk
Ratu Jiput
Ratu Wuragil

PUTRA MAHKOTA SULTAN ‘ABDUL MA’ALI AHMAD, berputera:

Abul Fath Abdul Fattah
Ratu Panenggak
Ratu Nengah
Pangeran Arya Elor
Ratu Wijil
Ratu Puspita
Pangeran Arya Ewaraja
Pangeran Arya Kidul
Ratu Tinumpuk
Ratu Inten
Pangeran Arya Dipanegara
Pangeran Arya Ardikusuma
Pangeran Arya Kulon
Pangeran Arya Wetan
Ratu Ayu Ingalengkadipura

SULTAN AGENG TIRTAYASA -’ABUL FATH ‘ABDUL FATTAH (1651-1672) berputra :

Sultan Haji
Pangeran Arya ‘abdul ‘Alim
Pangeran Arya Ingayudadipura
Pangeran Arya Purbaya
Pangeran Sugiri
Tubagus Rajasuta
Tubagus Rajaputra
Tubagus Husaen
Raden Mandaraka
Raden Saleh
Raden Rum
Raden Mesir
Raden Muhammad
Raden Muhsin
Tubagus Wetan
Tubagus Muhammad ‘Athif
Tubagus Abdul
Ratu Raja Mirah
Ratu Ayu
Ratu Kidul
Ratu Marta
Ratu Adi
Ratu Ummu
Ratu Hadijah
Ratu Habibah
Ratu Fatimah
Ratu Asyiqoh
Ratu Nasibah
Tubagus Kulon

SULTAN ABU NASR ABDUL KAHHAR – SULTAN HAJI (1672-1687) berputra :

Sultan Abdul Fadhl
Sultan Abul Mahasin
Pangeran Muhammad Thahir
Pangeran Fadhludin
Pangeran Ja’farrudin
Ratu Muhammad Alim
Ratu Rohimah
Ratu Hamimah
Pangeran Ksatrian
Ratu Mumbay (Ratu Bombay)

SULTAN ABUDUL FADHL (1687-1690) berputra :
- Tidak Memiliki Putera

SULTAN ABUL MAHASIN ZAINUL ABIDIN (1690-1733 ) berputra :

Sultan Muhammad Syifa
Sultan Muhammad Wasi’
Pangeran Yusuf
Pangeran Muhammad Shaleh
Ratu Samiyah
Ratu Komariyah
Pangeran Tumenggung
Pangeran Ardikusuma
Pangeran Anom Mohammad Nuh
Ratu Fatimah Putra
Ratu Badriyah
Pangeran Manduranagara
Pangeran Jaya Sentika
Ratu Jabariyah
Pangeran Abu Hassan
Pangeran Dipati Banten
Pangeran Ariya
Raden Nasut
Raden Maksaruddin
Pangeran Dipakusuma
Ratu Afifah
Ratu Siti Adirah
Ratu Safiqoh
Tubagus Wirakusuma
Tubagus Abdurrahman
Tubagus Mahaim
Raden Rauf
Tubagus Abdul Jalal
Ratu Hayati
Ratu Muhibbah
Raden Putera
Ratu Halimah
Tubagus Sahib
Ratu Sa’idah
Ratu Satijah
Ratu ‘Adawiyah
Tubagus Syarifuddin
Ratu ‘Afiyah Ratnaningrat
Tubagus Jamil
Tubagus Sa’jan
Tubagus Haji
Ratu Thoyibah
Ratu Khairiyah Kumudaningrat
Pangeran Rajaningrat
Tubagus Jahidi
Tubagus Abdul Aziz
Pangeran Rajasantika
Tubagus Kalamudin
Ratu Siti Sa’ban Kusumaningrat
Tubagus Abunasir
Raden Darmakusuma
Raden Hamid
Ratu Sifah
Ratu Minah
Ratu ‘Azizah
Ratu Sehah
Ratu Suba/Ruba
Tubagus Muhammad Said (Pg. Natabaya)

SULTAN MUHAMMAD SYIFA’ ZAINUL ARIFIN (1733-1750) berputra :

Sultan Muhammad ‘Arif
Ratu Ayu
Tubagus Hasannudin
Raden Raja Pangeran Rajasantika
Pangeran Muhammad Rajasantika
Ratu ‘Afiyah
Ratu Sa’diyah
Ratu Halimah
Tubagus Abu Khaer
Ratu Hayati
Tubagus Muhammad Shaleh

SULTAN SYARIFUDDIN ARTU WAKIL (1750-1752 )
- Tidak Berputera

SULTAN MUHAMMAD WASI’ ZAINUL ‘ALIMIN (1752-1753)
- Tidak Berputera

SULTAN MUHAMMAD ‘ARIF ZAINUL ASYIKIN (1753-1773) berputra :

Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliyudin
Sultan Muhyiddin Zainusholiohin
Pangeran Manggala
Pangeran Suralaya
Pangeran Suramanggala

SULTAN ABUL MAFAKHIR MUHAMMAD ALIYUDDIN (1773-1799) berputra :

Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin
Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II)
Pangeran Darma
Pangeran Muhammad Abbas
Pangeran Musa
Pangeran Yali
Pangeran Ahmad

SULTAN MUHYIDDIN ZAINUSHOLIHIN (1799-1801) berputra :

Sultan Muhammad Shafiuddin

Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1801-1802)
Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)
Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II) (1803-1808)
Sultan Wakil Pangeran Suramanggala (1808-1809)
Sultan Muhammad Syafiuddin (1809-1813)
Sultan Muhammad Rafiuddin (1813-1820)

SEJARAH KEBUYUTAN BANTEN

PRABU DEWARATU PULO PANAITAN
PRABU LANGLANG BUANA GUNUNG LOR PULASARI
PRABU MUNDING KALANGON PUNCAK MANIK GUNUNG LOR PULASARI
PRABU SEDASAKTI TAJO POJOK
PRABU MANDITI GUNUNG KARANG
PRABU BANGKALENG CANGKANG
NYAIMAS RATU WIDARA PUTIH SERAM TENGAH LAUTAN
NYAIMAS DJONG
KYAI AGUS DJU
INDRA KUMALA GUNUNG KARANG PEPITU PAKUAN
MANIK KUMALA SUNGAI CIUJUNG

SEJARAH PERGURUAN PARA WALI TANAH BANTEN

SYEIKH MUHAMMAD SHOLEH GUNUNG SANTRI CILEGON
SYEIKH MUHAMMAD SHIHIB TAGAL PAPA MENGGER
SYEIKH ABDUL RO ’UF PARAJAGATI CINGENGE
SYEIKH ABDUL GHANI MENES
SYEIKH MAHDI CARINGIN LABUAN
SYEIKH ABDURROHMAN ASNAWI CARINGIN LABUAN
SYEIKH WALI DAWUD CINGINDANG LABUAN
SYEIKH KIYAI MACHDUM ABDUL DJALIL KALIMAH BARRONI GUNUNG RAMA SUKOWATI LABUAN
SYEIKH CINDRAWULUNG GUNUNG SINDUR TANGERANG
SYEIKH HAJI KAISAN
SYEIKH HAJI SILAIMAN GUNUNG SINDUR
SYEIKH KANJENG KYAI DALEM MUSTOFA GUNUNG SINDUR
SYEIKH KYAI BAGUS ATIK SULAIMAN CHOLIQ SERPONG

Sumber :http://walangkramat.wordpress.com
Read more...

Selasa, 19 Maret 2013

Silsilah Wali Songo



Nabi Muhammad SAW
Sayyidah Fatimah Az-Zahra
Sayyidina Ali bin Abu Tholib
Al-Imam Sayyidina Hussain
Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin
Sayyidina Muhammad Al Baqir
Sayyidina Ja’far As-Sodiq
Sayyid Al-Imam Ali Uradhi
Sayyid Muhammad An-Naqib
Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi
Ahmad al-Muhajir
Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah
Sayyid Alawi Awwal
Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah
Sayyid Alawi Ats-Tsani
Sayyid Ali Kholi’ Qosim
Muhammad Sohib Mirbath
Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhralmaut)
Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India)
Sayyid Abdullah Khan
Sayyid Ahmad Syah Jalal (Ahmad Jalaludin Al-Azhamat Khan, India)
















Read more...

Minggu, 10 Maret 2013

Ki Gede Miyono



Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) adalah seorang pendatang, dari Tuban Jawa Timur, datang ke Miyono, pada waktu itu disebut Desa Tohyaning. Beliau merupakan cucu dari R. Ahmad Sahur Bupati Wilotikto Tuban, dan ibunya Dewi Sari (Sarifah) adik kandung Raden Sahid (Sunan Kalijaga). Ayah Ki Ageng Dharmoyono adalah bernama Empu Supo (Supo Madu Rangin), Kakeknya bernama Empu Supondriyo (Dharmokusumo) bin Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri).
Ki Ageng Dharmoyono sengaja pergi mengembara misi dakwah meninggalkan indahnya kehidupan dalam keraton dan meninggalkan pangkat, jabatan di pemerintahan Tuban, masuk kedunia sufi/Tasawuf.

Sebelum kedatangan Ki Ageng Dharmoyono, Tohyaning merupakan sebuah tempat yang diyakini masyarakat setempat menjadi pusat penyebaran agama Hindu, sekaligus pusat Pemerintahan sebuah kerajaan yang ada hubungannya dengan cerita rakyat Babad Tanah Jawa. Hal ini di buktikan dengan adanya temuan-temuan yang masih disimpan pengurus, diantaranya :
Beberapa Gares yang mirip lencana prajurit yang bertanda huruf C III, beberapa Arca, 1 Arca dari batu putih yang berbentuk seperti Dewi Durga, yang oleh Prambanan merupakan pujaan orang Hindu dibuat sekitar abad 8 – 13 Masehi, juga ditemukan bekas bangunan yang sekarang masih dibawah tanah, yang tersusun dari bata merah berukuran panjang 40 cm, lebar 20 cm, tebal 10 cm yang disusun rapi tanpa perekat (hanya pakai tanah liat).



Ki Ageng Dharmoyono datang di Desa Tohyaning (Telaga air jernih) atau Miyono sekitar abad ke 14 Masehi. Beliau datang ke Desa Miyono dengan tujuan dakwah menyebarkan Agama Islam dengan cara kejawen (Tatanan orang Jawa). Dan atas pertolongan Allah SWT. Disertai usaha yang gigih, Ki Ageng Dharmoyono berhasil merubah agama penduduk Miyono yang semula Hindu menjadi Islam, lama-kelamaan nama Miyono berubah menjadi Ki Anut (penduduk Miyono anut). Ki Ageng Dharmoyono terkenal dengan sesebutan Mbah Anut (sesepuh yang di anut/di ikuti). Beliau juga terkenal Ki Miyono/Ki Yono (Kyai Sakti yang mukim di Miyono).
Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono) ini merupakan seorang Waliyulloh yang punya kelebihan ilmu dan kepandaian, pendiam, kaya dan dermawan, dalam hal ini menurut pendapat Hadrotus Syeh Habib Muhammad Lutfi bin Ali Yahya Pekalongan, beliau memberi amanat kepada kami (Pengurus Makam, Tokoh Masyarakat & Tokoh Agama Desa Kayen) untuk mendirikan Masjid bernama “MASJID PEPUNDEN MIYONO” di sekitar lokasi Makam Ki Ageng Dharmoyono. Temu Silaturrahim pada hari Rabu Kliwon, 12 Mei 2010 / 26 Jumadilawal 1431 H. Dalam perjuangan menyebarkan Agama Islam di Miyono Desa/Kecamatan Kayen Pati Selatan dan sekitarnya , Ki Ageng Dharmoyono bersama 3 saudara/adiknya :

1. Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing (Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing / Empu Breganjing Cengkalsewu) merupakan cikal bakal Desa Cengkalsewu (Empu Dharmoyoso mendapatkan hadiah tanah seribu jengkal dari Kerajaan Mataram yang akhirnya terkenal dengan sebutan Desa Cengkalsewu). Makam Ki Ageng Dharmoyoso berada di Dukuh Dermoyo Desa Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo Kab. Pati sekitar 5 Km dari Makam Ki Ageng Dharmoyono Surgi ke arah barat. Sedangkan Haul Mbah Hyang Dharmoyoso Surgi Breganjing diperingati setiap tanggal 15 – 16 Bakdomulud/Rabiulakhir Tahun Hijriah.

2. Nyai Sombro (Nyai Branjung)dan
3. Joko Suro (Empu Suro). Makamnya di Kadilangu Demak berdekatan dengan ayahnya Empu Supo yaitu sebelah kanan sebelum masuk Gapuro Makam R. Sahid Kanjeng Sunan Kalijaga.

Peninggalan dan Jasa-jasa beliau adalah :
1. Menyebarkan Tauhid Ketuhanan, menyebarkan aqidah Islam tanpa meninggalkan ajaran kejawen sebagai penghormatan antara lain tingkep, Sedekah Orang Meninggal, Bakar kemenyan dsb.
2. Wejangan Ki Ageng Dharmoyono Surgi Miyono yang sangat terkenal yaitu “Keluar masuknya nafas ingat Allah” yang orang jawa dulu menyebut MBULLOH yang artinya “Mlebu Metune Nafas Eling Allah” sampai sekarang dijadikan nama pedukuhan yakni Dukuh Mbulloh.
3. Bersama dengan adik-adiknya membuat pusaka/gaman yang bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar yaitu sabit suro, paku suro, lanjam suro, dll.
4. Beliau mennuah (menjadikan pusaka-pusaka) mempunyai kekuatan ghaib, yang diyakini warga bisa untuk sarana menolak hama, keselamatan dan sebagai piandel/kesaktian dll.
5. Dari berbagai sumber, Ki Ageng Dharmoyono Surgi/Ki Gede Miyono adalah paman Saridin yang mengasuh/momong Saridin semasa kecil hingga dewasa disebut Syeh Jangkung yang terkenal kesaktiannya dengan Lulang Kebo Landoh. Makamnya ada di Dukuh Landoh Desa Kayen 2 km arah barat dari Makam Jati Kembar sebutan Makam Mbah Hyang Dharmoyono Surgi Miyono.
Saridin/Syeh Jangkung anaknya Sunan Muria (R. Umar Said) Cucunya Sunan Kalijaga (R.Sahid). Sedangkan Raden Sahid adalah saudaranya Dewi Sari (Sarifah) ibunya Ki Ageng Dharmoyono, Empu Breganjing, Empu Sumbro dan Empu Suro. Sebagaimana Silsilah terlampir.
6. Terbukti banyak gupaan kerbau dan tempat pengembalaan kerbau di sekitar Makam Ki Ageng Dharmoyono Surgi (Makam Jati Kembar).

Makam Ki Ageng Dharmoyono (Ki Gede Miyono)mulai diperingati Tahun 1970 oleh : Mbah Hasan dan Bapak suwadi atas perintah Mbah Zaid Terban Kudus. Sebagai pelurusan sejarah dalam cerita seni budaya ketoprak Syeh Jangkung (Saridin) diasuh Ki Ageng Kiringan itu kurang benar. Sebab Ki Ageng Kiringan itu hidup pada masa Pakubuwono II + 1700, padahal Syeh Jangkung (Saridin) wafat tahun 1563 tepatnya tanggal 15 Rajab. Demikian yang dapat penulis uraikan terkait sejarah Ki Gede Miyono (Ki Ageng Dharmoyono Surgi) dan Saudara-saudaranya, kebenarannya penulis serahkan pada Allah SWT. Yang Maha Tahu.

Nara sumber :
1. Hadrotus Syeh Habib Muhammad Lutfi bin Ali Yahya Pekalongan;
2. R. KH. Ridwan Aziz Al Hafidz (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Muqoddas & Penasehat Kraton Surakarta) dari Mbanger, Mojomulyo, Tambakromo Pati berdasarkan Kitab Syamsuddhahiroh Sayid Abdur Rohman;
3. KH. Nur Rohmat (Pengasuh Pondok Pesantren Al Isti’anah & Penasehat Pengurus Makam Mbah Syeh Jangkung Landoh Kayen) dari Plangitan Pati;
4. Penelitian dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP-3 ) Jawa Tengah di Prambanan 26 Agustus 2010 oleh Bp. Bagus Sujianto,SS;
5. Babat Landoh jilid II;
6. Cerita Rakyat turun-temurun;
7. Peta Lama Desa Kayen (gambar Repetisi/letak tanah)
8. Penelitian dari TIM Balai Arkeologi Yogyakarta (Rabu, 04 Mei 2011 : Kepala Bpk. Drs. Siswanto, Dra.TM. Rita Istari, Hery Priswanto,SS, Agni Sesaria,M.SS, Ferry Bagus).
9. Penulis/Penyusun : Nor Rohmani Anshori, S.Ag. PNS Peka Pontren pada Kantor Kementerian Agama Kab. Pati (Pengurus Hondodento Yogyakarta Cabang Pati, Pengurus Benda Cagar Budaya “MAKAM PRAGOLA PATI” Sani, Tamansari Tlogowungu Pati, & Pengurus Makam Ki Ageng Dharmoyoso Breganjing / Empu Breganjing Dk. Dermoyo Cengkalsewu Sukolilo Pati.
Read more...