Sabtu, 29 Mei 2010

Pahala Membantu Tetangga dan Anak Yatim

Pada suatu masa ketika Abdullah bin Mubarak berhaji, tertidur di Masjidil Haram. Dia telah bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain,

"Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini?"

Jawab yang lain, "Enam ratus ribu."

Lalu ia bertanya lagi, "Berapa banyak yang diterima ?"

Jawabnya, "Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq."

Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq itu sehingga ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuknya pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya namanya. Jawab orang itu, "Muwaffaq."

Lalu abdullah bin Mubarak bertanya padanya, "Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai darjat yang sedemikian itu?"

Jawab Muwaffaq, "Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak dapat kerana keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat wang tiga ratus diirham dari pekerjaanku membuat dan menampal sepatu, lalau aku berniat haji pada tahun ini sedang isteriku pula hamil, maka suatu hari dia tercium bau makanan dari rumah jiranku dan ingin makanan itu, maka aku pergi ke rumah jiranku dan menyampaikan tujuan sebenarku kepada wanita jiranku itu.

Jawab jiranku, "Aku terpaksa membuka rahsiaku, sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, kerana itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba bertemulah aku dengan bangkai himar di suatu tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa pulang untuk masak, maka makanan ini halal bagi kami dan haram untuk makanan kamu."

Ketika aku mendegar jawapan itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil wang tiga ratus dirham dan keserahkan kepada jiranku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan wang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam jagaannya itu.

"Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku. " Kata Muwaffaq lagi.

Demikianlah cerita yang sangat berkesan bahawa membantu jiran tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim. Rasulullah ada ditanya, "Ya Rasullah tunjukkan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk syurga."

Jawab Rasulullah, "Jadilah kamu orang yang baik."

Orang itu bertanya lagi, "Ya Rasulullah, bagaimanakah akan aku ketahui bahawa aku telah berbuat baik?"

Jawab Rasulullah, "Tanyakan pada tetanggamu, maka bila mereka berkata engkau baik maka engkau benar-benar baik dan bila mereka berkata engkau jahat, maka engkau sebenarnya jahat."
Read more...

Selasa, 25 Mei 2010

Al Ghazali berkisah tentang bahaya hasad:

Seorang raja memerintah di suatu negeri. Pada suatu hari seseorang datang ke istananya dan menasehati Raja, "Balaslah orang yang berbuat baik karena kebaikan yang ia lakukan kepada Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat dengki pada Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya." Maksud orang itu, hendaknya kita membalas kebaikan orang yang berbuat baik pada kita, namun kita jangan membalas orang yang berbuat dengki dengan kedengkian lagi. Cukup kita biarkan saja.

Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang memberi nasehat pergi, ia menghadap raja dan berkata, "Tadi orang itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda bau. Jika Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup mulutnya, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka." Raja tersinggung dan berjanji akan memanggil si pemberi nasehat esok hari.

Sebelum orang itu dipanggil, si pendengki menghampirinya terlebih dahulu dan mengundangnya untuk makan bersama. Si pendengki memberi orang itu banyak bawang dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau. Keesokan harinya ia dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata, "Kemarilah engkau mendekat." Orang yang telah memakan banyak bawang itu lalu mendekati Raja dan menutupi mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan mengganggu sang Raja.

Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang bermaksud untuk menghina dirinya. Sang Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang itu. "Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku," ucap Raja, "Niscaya ia akan memberimu hadiah."

Sebetunya surat yang ditulis Raja ini bukanlah surat utuk pemberian hadiah.Raja sangat tersinggung, karena itu ia menulis dalam surat itu, "Hai menteriku, jika engkau bertemu dengan orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah kepala orang sialan ini ke hadapanku."

Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia bertemu dengan si pendengki. "Apa yang dilakukan baginda kepadamu?" Pendengki ingin tahu. "Raja menjanjikanku hadiah dari salah seorang menterinya," ujar si pemberi naehat seraya memperlihatkan surat dari Raja. "Kalau begitu biar aku yang membawanya," kata si pendengki.

Akhirnya, orang yang pendengki itulah yang celaka dan mendapat hukuman mati.
Read more...

Meludahi Kebahagiaan

Pada suatu hari seorang pedagang tiba di kota Konya, sebuah kota di Negara Turki zaman dahulu. Pedagang itu tampak gelisah. Rupa-rupanya perjalanan niaganya ke sejumlah kota mengalami kerugian. Barang-barang dagangan habis, tetapi laba tak di dapatnya. Kini dengan lesu sang pedagang berniat singgah sejenak untuk beristirahat di kota Konya. Ia ingin menenangkan jiwanya sebentar dari kesumpekan hidup yang tengah melandanya.

Kepada beberapa kenalannya, sang pedagang minta diantarkan kepada para ulama untuk meminta nasehat. Para sahabatnya lantas mengajak sang pedagang untuk mengunjungi ulama setempat untuk mengadukan permasalahannya. Para ulama kota itu memberinya sejumlah nasehat, namun pedagang itu merasa kurang puas. Ia masih merasa ada yang mengganggu batinnya, sesuatu yang tak ia ketahui namun membuat gelisah jiwanya.

Akhirnya sang pedagang berkata pada para sahabatnya: “ antarkan aku lagi ke ulama di kota ini yang benar-benar alim, ulama yang tidak cinta dunia. Agar aku dapat mengambil manfaat dari ucapannya”.

Sahabatnya berkata: “ seingatku, semua ulama di kota ini telah kita kunjungi. Tapi, sebentar…memang ada seorang alim yang kita telah lupa mengunjunginya. Dia adalah Syaikh Jalaluddin Rumi. Beliau adalah orang yang benar-benar alim. Beliau telah membuang kecintaan pada dunia dan menukarnya dengan cinta ilahi. Beliau benar-benar sudah tenggelam dalam rasa cinta yang memabukkan kepada Tuhannya. Beliau kini tinggal di pinggir kota. Kita telah melupakannya.”

Baru mendengar nama ulama itu saja sudah membuat hati sang pedagang gembira. Ia merasa ulama yang disebutkan sahabatnya itu mampu memberi jawaban atas kegundahannya selama ini. Ia pun berjanji dalam hati, akan memberi sedikit dari sisa uangnya kepada ulama itu.

Mereka pun berangkat ke tempat sang ulama.

Waktu mereka tiba, mereka melihat sang ulama sedang asyik membaca kitab di dalam rumahnya yang sederhana. Baru melihat keteduhan dan pancaran kelembutan di wajah sang ulama, sudah membuat airmata sang pedagang berlinang. Cahaya yang memancar dari wajah ulama itu menerbitkan ketentraman di hatinya. Sang pedagang pun mengucap salam.

Sambil tersenyum Syaikh Jalaluddin Rumi menjawab salamnya dan berkata: “uang yang kau niatkan untuk kau berikan padaku aku terima. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Wahai pedagang, sekarang apakah kau ingin tahu apa yang membuat hatimu gundah dan usahamu terus-menerus rugi?”

Sambil bercucuran airmata pedagang itu mengangguk.

Dengan tenang, Syaikh Jalaluddin mengarahkan jari telunjuknya ke dinding. Tiba-tiba saja dinding itu terbelah. Kemudian tampak pemandangan seorang yang berpakaian compang-camping sedang tidur di sudut pasar.

“wahai pedagang, kau pernah melewati pasar ini dan memandang jijik pada pengemis itu, lalu meludahinya. Dia adalah salah satu kekasih Allah. Hatinya terluka oleh sikapmu padanya. Ia lalu memohon kepada Allah. Karena doanya lah usahamu jadi terus-menerus rugi dan hatimu selalu gelisah.”

Pedagang itu menjerit menangisi perbuatannya. Syaikh lalu berkata:

“sekarang pengemis itu ada di kota Firengistan di sebuah sudut pasar. Datanglah kesana, mintalah maaf padanya, cium tangannya dan biarkan airmata penyesalanmu membasahi telapak kakinya. Sampaikan salam takzimku padanya.”

Pedagang itu lalu pamit dan bergegas menuju kota yang dimaksud. Sampai disana ia mendapati kebenaran kata-kata Rumi. Pengemis itu ada disana. Dengan penuh penyesalan pedagang itu meminta maaf dan mencium telapak kaki pengemis itu sambil berlinangan airmatanya.

Dalam hidup ini mungkin kita mengalami seperti yang dialami pedagang itu. Kesumpekan, kegelisahan, kegagalan usaha, dan kesialan yang terus membuntuti. Itu mungkin karena kita telah sengaja atau tanpa sengaja menyakiti hati orang-orang yang dicintai Allah. Kita sudah meludahi dan memandang jijik tempat atau orang-orang yang menjadi penyebab turunnya kemuliaan dan kebahagiaan buat kita, sehingga kemuliaan dan kebahagiaan untuk kita dibatalkan. Kita telah menghina kehormatan orang-orang yang dihormati Allah, sehingga kita pun kehilangan kehormatan kita dihadapan Allah. Marilah kita meminta maaf kepada mereka, dan mencucurkan airmata penyesalan kita.
Read more...

Hukum Karma

Seorang penunggang kuda yang masih muda belia tampak begitu kelelahan dan kehausan. Karena itu, tatkala di suatu wadi yang bening airnya dengan tanaman rindang disekelilingnya, penunggang kuda itu menghentikan kudanya dan turun di tempat tersebut.

Ia berbaring, lalu meletakkan sebuah bungkusan disampingnya. Matahari sangat terik, namun di situ amat teduh, sehingga ia jatuh terpulas tanpa di sengaja. Ia tidur lelap setelah memuaskan dahaganya dengan meminum air bening di wadi tersebut. Ketika ia terjaga, matahari mulai agak condong. Padahal ia sedang mengejar waktu karena ibunya sakit keras. Nampaknya ia anak orang kaya-raya, terlihat dari pakaiannya yang mewah dan kudanya yang mahal.

Pemuda itu terkejut sekali menyadari hari telah menjellang sore. Maka dengan tergesa-gesa ia melompat ke punggung kudanya. Bungkusannya tertinggal sebab ia hanya berpikir untuk segera tiba di rumah, akan menunggui ibunya yang sedang sekarat, bapaknya sudah meninggal di bunuh orang beberapa tahun lalu.

Tidak berapa lama setelah ia meninggalkan tempat tersebut, seorang penggembala lewat di tempat itu pula. Ia terkesima melihat ada bungkusan kain tergeletak di bawah pohon. Diambilnya bungkusan itu, lalu dibawanya pulang ke gubuknya yang buruk. Alangkah gembiranya hati si anak gembala tatkala ternyata bungkusan itu berisi emas dan permata yang pasti amat berharga. Ia yatim piatu dan masih kecil sehingga dianggapnya penemuan itu merupakan hadiah baginya.

Waktu tempat tadi sudah sepi, seorang kakek yang bungkuk jalan terseok-seok melalui wadi tersebut. Lantaran capek, ia pun duduk beristirahat di bawah pohon yang rimbun. Belum lagi ia sempat melepaskan lelah, anak muda penunggang kuda yang tertidur di situ tadi datang kembali hendak mengambil bungkusannya yang terlupa. Ia memacu kudanya bagaikan kesetanan agar belum ada orang yang menjumpai miliknya. Tatkala ia sampai, alangkah terkejutnya pemuda tersebut melihat bahwa di bawah pohon tempatnya beristirahat tadi kini terdapat seorang kakek. Dan ia lebih terperanjat lagi hingga pucat wajahnya ketika dilihatnya bungkusan kainnya sudah lenyap dari situ.

Maka dengan suara keras pemuda itu bertanya,"Mana bungkusan yang tadi di sini?" "Saya tidak tahu,"jawab kakek dengan gemetar.

"Jangan bohong!" bentak si pemuda. "Sungguh, waktu saya tiba di sini, tidak ada apa-apa kecuali kotoran kambing." "Kurang ajar! kamu sudah tua, bukan? Mau mempermainkan aku? Pasti engkau mau mengambil bungkusanku dan menyembunyikannya di suatu tempat. Ayo, kembalikan! Bungkusan itu baru ku ambil dari kawan ayahku sebagai warisan yang dititipkan ayahku kepadanya untuk diserahkan kepadaku kalau aku sudah dewasa, yaitu sekarang ini. Kembalikan!"

"Sumpah, Tuan, Saya tidak tahu," sahut kakek tersebut makin ketakutan. "Kurang ajar! bohong! Ayo, serahkan kembali. Bila tidak tahu rasa nanti,"hardik si pemuda tambah berang.

Lantaran memang kakek itu tidak tahu apa-apa, maka ia tetap mengatakan bahwa ia tidak melihat bungkusan itu bahkan mengambil dan menyembunyikannya. Si pemuda makin marah dan tidak dapat mengendalikannya lagi, dicabutnya sebilah pedang pendek dari pinggangnya dan dibunuhnya si kakek dengan darah dingin. Lantas, sesudah dicarinya ke sana kemari tidak ditemukannya juga, ia pun lalu pulang dengan hati yang dongkol, marah dan kecewa.

Berita ini ditanyakan kepada Nabi Musa oleh salah seorang muridnya. "Wahai, Nabiyullah. Bukankah cerita tersebut justru menunjukkan ketidakadilan Tuhan?" "Maksudnya?" tanya Nabi Musa. "Kakek itu tidak berdosa, tetapi harus menanggung malapetaka yang tidak patut diterimanya. Sedangkan si anak gembala yang mengantungi harta itu malah bebas, tidak mendapatkan balasan setimpal." "Tuhan tidak adil?" ucap Nabi Musa terbelalak."Masya Allah.Dengarkan baik-baik latar belakang perisriwa tersebut, yang sebenarnya merupakan bukti keadilan Tuhan dalam membalas hamb-Nya.

Kemudian Nabi Musa pun berkisah:

Ketahuilah, dahulu ada seorang petani hartawan di rampok semua perhiasan dan harta bendanya oleh dua orang bandit kejam. Setelah berhasil, dalam membagi rampokan itu terjadi kecurangan. Salah seorang bandit itu sangat tamak, sehingga harta rampasan itu dikuasainya sendiri. Maka bandit yang kedua pun jadi marah dan dendam, sehingga suatu hari bandit yang serakah itu dibunuhnya. Tahukah kamu siapa bandit kedua yang membunuh kawannya? Dia adalah kakek bungkuk yang di bantai oleh penunggang kuda itu. Dan siapa bandit pertama yang di bunuh? Dia adalah ayah dari pemuda yang membunuh si kakek. Di sini berarti nyawa di bayar dengan nyawa.

Adapun petani hartawan yang hartanya di kuras oleh kedua bandit itu adalah ayah dari anak yatim piatu yang mengambil bungkusan kain tadi. Itu keadilan Tuhan juga. Harta kekayaan telah kembali kepada yang berhak, dan kejahatan kedua bandit itu telah memperoleh balasan yang setimpal. Meskipun peristiwanya tidak berlangsung tepat pada saatnya, namun sesuai dengan kejahatan mereka?"

Sumber: 30 Kisah Teladan, Pengarang : KH Abdurrahman Arroisi. Penerbit : Pt Remaja Rosdakarya, Bandung.
Read more...

Khusuk dalam Ibadah

Dalam kitab Futuhatul Makkiyah karya Ibnu Arabi, ada beberapa kisah tentang orang-orang yang khusyuk. Salah satunya adalah kisah tentang seorang pemuda belia yang mempelajari tasawuf pada seorang guru. Pada suatu pagi, pemuda itu menemui gurunya dalam keadaan pucat pasi. Anak muda itu berkata, "Semalam aku telah mengkhatamkan Al Qur'an dalam shalat malamku." Gurunya berkata, "Bagus. Kalau begitu aku sarankan, nanti malam bacalah Al Qur'an dan hadirkan aku seakan-akan aku berada di hadapanmu dan mendengarkan bacaanmu."

Esoknya, pemuda itu datang dan mengeluh, "Ya Ustadz, semalam aku tak bisa menyelesaikan bacaan Al Qur'an lebih dari setengahnya (15 juz)." Gurunya berkata, "Kalau begitu, nanti malam bacalah Al Qur'an dan hadirkanlah di hadapanmu para sahabat nabi SAW yang mendengarkan Al Qur'an itu langsung dari Rasulullah SAW."

Keesokan harinya pemuda itu berkata, "Ya Ustadz, semalam aku tak bisa menyelesaikan sepertiga dari Al Qur'an itu." Gurunya lalu berkata, "Nanti malam, bacalah Al Qur'an dan hadirkanlah Rasulullah SAW dihadapanmu, yang kepadanya Al Qur'an diturunkan."

Esok harinya, pemuda itu bercerita, "Tadi malam aku hanya bisa membaca satu juz Al Qur'an. Itu pun aku selesaikan dengan susah payah." Sang guru kembali berkata, "Nanti malam bacalah Al Qur'an dengan menghadirkan Jibril, yang diutus Tuhan untuk menyampaikan Al Qur'an kepada nabi."

Esoknya, pemuda itu tak bercerita bahwa ia tak mampu menyelesaikan bacaan Al Qur'annya walau hanya satu juz. Gurunya berkata lagi, "Nanti jika engkau membaca Al Qur'an lagi, hadirkan Allah di hadapanmu. Karena sebetulnya yang mendengarkan bacaan Al Qur'anmu adalah Allah. Dialah yang menurunkan bacaan itu kepadamu."

Keesokan harinya, pemuda itu jatuh sakit. Ketika gurunya bertanya, "Apa yang terjadi?" Anak muda itu menjawab sambil menangis tersedu-sedu, "Aku tak bisa menyelesaikan walau Al Fatihah sekalipun. Ketika hendak kuucapkan Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, lidahku tak sanggup. Dalam mulut kuucapkan, Tuhan, kepadamu aku beribadah, tapi dalam hatiku aku tahu aku sering menomer satukan selain Dia. Ucapan itu tak mau keluar dari lidahku. Sampai terbit fajar, aku tak bisa menyelesaikan Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in." Tiga hari kemudian, anak muda itu meninggal dunia.

http://majlisdzikrullahpekojan.org
Read more...

Berubah Nasib Karena Sombong

Diriwayatkan oleh ulama, pada suatu ketika di sebuah desa hidup seorang saudagar yang kaya-raya. Saudagar ini memiliki tanah dan kebun yang luas serta perniagaan yang berhasil. Ia juga memiliki istri yang sangat cantik. Pada suatu pagi istri saudagar ini menyiapkan makanan yaitu ayam bakar, untuk sarapan suaminya. Ketika mereka berdua hendak makan, tiba-tiba datanglah seorang pengemis yang kelaparan di muka rumahnya. Pengemis itu berkata sambil merintih,

"Tuan, kasihanilah saya. Sudah beberapa hari ini saya belum makanan. Saya mohon berikanlah sedikit makanan yang tuan punya untuk saya." Istri saudagar hendak memberikan sebagian makanan yang terhidang, tapi dilarang oleh suaminya.

Lalu saudagar itu bangkit membentak si pengemis, "Dasar orang pemalas, pagi-pagi sudah mengemis di muka pintuku! Apa kau tak tahu, semua kekayaan ini kuperoleh dengan kerja kerasku?! Dan kau enak saja meminta-minta dariku. Pergi sana!" Pengemis itu pun pergi dengan meneteskan airmata kesedihannya. Tahun demi tahun berlalu. Istri sang saudagar telah bercerai dengan suaminya dan menikah lagi dengan seorang yang kaya. Pada suatu pagi, istri itu menyiapkan sarapan kesukaan suami barunya, yakni ayam bakar.

Setelah selesai, mereka pun makan bersama. Ketika tengah asyik bersantap, datanglah seorang pengemis meminta-minta makanan di muka rumah mereka. Sang suami lalu menyuruh istrinya untuk memberikan sebagian hidangan ayam bakar kepada si pengemis di luar. Istrinya lalu mengantarkan makanan itu. Begitu masuk kembali ke dalam rumah, si suami melihat istrinya menangis tersedu-sedu. Kata sang suami, "Kenapa kamu menangis?" Istrinya menjawab, "Pengemis itu adalah mantan suamiku.

Ketahuilah, dulu aku memiliki suami yang kaya-raya. Tak lama kemudian kekayaannya habis dan dia menceraikan aku. Pada suatu pagi ia pernah mengusir seorang pengemis kelaparan di depan rumah kami. Sekarang Allah merubah nasibnya menjadi seorang pengemis."

"Mengapa kau heran dengan hal itu," kata sang suami, "Aku adalah pengemis yang diusir suamimu dulu."
Read more...

Kasih Sayang Kepada Sesama Makhluk

Suatu hari, Amirul Mukminin Umar bin Khattab sedang berjalan di tengah lorong kota Madinah. Pandangan matanya terhenti pada seorang anak kecil yang sedang bermain dengan seekor burung pipit, sebagaimana lazimnya anak-anak bermain layang-layang. Dalam hati Umar, timbul belas kasihan pada burung pipit lemah itu. Umar lalu membeli burung tersebut dari anak kecil itu, kemudian melepaskannya.

Beberapa tahun setelah Umar bin Khattab meninggal dunia, salah seorang sahabatnya bermimpi bertemu dengannya. Sahabatnya itu lalu bertanya, "Ya Umar, apakah yang dilakukan Allah terhadap dirimu?" Umar menjawab, "Allah mengampuniku dan melepaskanku dari belenggu siksa." Sahabatnya itu kembali bertanya, "Sebab apakah hingga Allah mengampunimu dan melepaskanmu dari belenggu siksa, apakah karena kedermawananmu, keadilanmu atau karena kezuhudanmu terhadap dunia?"

Umar lalu menjawab, "Ketika orang-orang yang mengantarkan jenazahku telah pulang, aku sendirian di dalam kuburku. Lalu datanglah dua malaikat ke dalam kuburku. Aku merasa takut sekali hingga seluruh tubuhku gemetar dan aku hilang kesadaran. Lalu kedua malaikat itu mendudukkan aku.

Tapi, ketika kedua malaikat itu hendak mengajukan pertanyaan kepadaku, tiba-tiba aku mendengar suara, 'Hai Munkar dan Nakir, tinggalkanlah hamba-Ku Umar bin Khattab. Janganlah kalian tanya dan jangan kalian takut-takuti. Aku menaruh belas kasih kepadanya dan bersedia melepaskan dia dari belenggu siksa-Ku. Sebab di waktu di dunia dia menaruh belas kasihan pada seekor burung pipit. Maka Aku curahkan belas kasih-Ku untuknya di akhirat.'"

Serupa dengan riwayat itu adalah kisah mengenai Al Ghazali. Pada suatu hari Imam Al Ghazali tengah menulis kitab dengan penanya. Ditengah-tengah menulis kitab itu, tiba-tiba ia melihat seekor lalat terbang di sekitarnya, dan tak sengaja hinggap di tempat tintanya. Imam Al Ghazali, yang kasihan menyaksikan lalat itu menggelepar-gelepar berusaha melepaskan diri dari kubangan tinta yang lengket, langsung mengangkat lalat itu. Beliau lalu membersihkan tubuh lalat kecil itu dari tinta dan mengeringkannya dengan hati-hati, agar tidak menyakiti lalat tersebut.

Setelah itu beliau membiarkan lalat itu kembali terbang dengan bebas. Ketika Imam Al Ghazali meninggal dunia ada ulama yang bermimpi bertemu beliau. Ulama itu lantas bertanya, "Wahai Hujjatul Islam, apa yang telah Allah berikan kepadamu?" Dalam mimpi itu, Imam Al Ghazali menjawab, "Allah telah mengampuniku dan mencurahkan rahmat-Nya kepadaku." Ulama tadi kembali bertanya, "Apakah itu karena kealimanmu dan banyaknya kitab-kitab bermanfaat yang telah kau tulis?" Imam menjawab, "Bukan karena itu semua, tetapi Allah mengampuni dan mencurahkan rahmat-Nya padaku, disebabkan karena belas kasihku kepada seekor lalat."

majlisdzikrullahpekojan.org
Read more...

Imam Al Jazuli dan Anak Kecil

Imam Muhammad ibn Sulaiman Al Jazuli, seorang ulama yang masyhur di kalangan ahlussunah wal jama'ah, suatu ketika tengah berjalan-jalan di padang pasir. Ketika waktu shalat tiba, beliau berusaha mencari sumber air untuk berwudhu dan melepaskan dahaganya. Setelah beberapa saat menyusuri padang pasir, beliau menemukan sebuah sumur yang sangat dalam. Sumur itu masih menyimpan air, tapi sayang Imam Jazuli tak menemukan alat untuk mengambil air dari sumur.

Ketika beliau tengah kebingungan mencari alat untuk mengambil air, tiba-tiba beliau melihat seorang anak perempuan kecil menghampiri beliau dari tempat ketinggian. Anak kecil itu bertanya, "Siapakah anda, Tuan, mengapa anda berada di tempat yang sesunyi ini?" Imam Jazuli lantas menjelaskan hal ihwal beliau dan kesulitan yang tengah menimpanya.

"Anda adalah laki-laki terpuji yang terkenal karena kesalehan Anda!" seru anak kecil itu. Anak kecil perempuan itu tampak kebingungan mencarikan alat untuk mengeluarkan air dari dalam sumur. Setelah agak lama mencari namun tak juga menemukan, si anak lalu mendekat ke bibir sumur dan meludah ke dalamnya.

Ajaib, air sumur tiba-tiba meluap sampai ke atas permukaan tanah! Setelah minum dan merampungkan wudhu'nya, Imam Jazuli lantas berkata, "Wahai anak kecil, sungguh aku kagum kepadamu! Dengan amal apakah engkau dapat meraih kedudukan setinggi ini?"

Anak perempuan kecil itu menjawab, "Dengan memperbanyak membaca shalawat kepada orang yang apabila ia (Nabi Muhammad saw) berjalan di padang belantara, binatang-binatang buas akan mengibas-ngibaskan ekornya (menjadi jinak)."

Setelah mendengar penuturan anak kecil itu, Imam Al Jazuli lantas bersumpah untuk menyusun sebuah kitab yang membahas tentang shalawat untuk Nabi Muhammad saw. Kelak, setelah kitab tersebut selesai ditulisnya, kitab itu dinamainya Dalailul Khairat. Sebuah kitab yang masih terus dibaca hingga kini karena keberkahannya yang luarbiasa.

sumber: theroadtomuhammad.blogspot.com
Read more...

Berkah Basmalah

Dalam Kitab Tuhfatul Ikhwan dihikayatkan ada seorang lelaki munafiq memiliki seorang istri yang salehah. Wanita ini, dalam setiap perkara meminta bantuan kepada Allah Swt, yaitu selalu mengucapkan ‘Bismillahir Rahmanir Rahim’.

Suaminya sangat membenci serta menentang keyakinan sang istri kepada Bismillahir Rahmanir Rahim. Namun ia tidak memiliki cara untuk mencegahnya. Sampai, pada suatu sore, sang suami memberikan sekantung kecil emas kepada istrinya. “Jagalah barang ini baik-baik!” perintah sang suami. “Bismillahir Rahmanir Rahim,” kata sang istri seraya menyimpannya dalam lipatan kain, sambil sekali lagi mengucapkan “Bismillahir Rahmanir Rahim”. Lipatan kain itu lalu disembunyikannya di lemari, sambil lagi-lagi ia berujar, “Bismillahir Rahmanir Rahim.”

Sang suami mengintip apa yang dilakukan istrinya itu. Keesokan harinya, ia mencuri kantung emas itu, dan membuangnya ke laut. Tujuannya, jelas, hanya untuk menghinakan istrinya dan sekaligus menghancurkan keyakinannya. Selepas itu ia langsung ke toko, tempat ia mencari nafkah.

Di tengah hari, datanglah seorang pedagang menawarkan beberapa ekor ikan yang sangat besar. Tanpa banyak menawar, laki-laki itu membelinya dan langsung membawanya pulang agar segera dimasak oleh istrinya untuk makan malam.

Seperti biasa, sebelum memasak, istrinya mengucapkan “Bismillahir Rahmanir Rahim” juga ketika hendak membelah perut ikan-ikan bawaan suaminya. Dan, subhanallah, dari salah satu perut ikan itu ditemukan sekantung emas. Sambil mengucapkan kalimat basmalah, ia menyimpan kantung emas itu di tempat semula.

Malam harinya, sang suami disuguhi makan malam berupa ikan bakar yang lezat. Mereka makan bersama. Nah, pada saat makan itulah ia berkata kepada istrinya, “Ambilkan kantung emas yang aku amanahkan kepadamu!”

Sambil mengucap Bismillahir Rahmanir Rahim, sang istri bangkit memenuhi perintah suaminya, dan kembali duduk sambil menyerahkan sekantung emas. Si suami keheranan. Tanpa banyak bicara , ia langsung bersujud dan mengucapkan istighfar. Semenjak itu ia bertaubat dan menjadi seorang laki-laki yang saleh.

majlisdzikrullahpekojan.org
Read more...

Jumat, 21 Mei 2010

Fathimah az-zahra rha dan Gilingan Gandum

Suatu hari masuklah Rasulullah SAW menemui anandanya Fathimah az-zahra rha. Didapatinya anandanya sedang menggiling syair (sejenis padi-padian) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah SAW bertanya pada anandanya, "apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah?, semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu menangis". Fathimah rha. berkata, "ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumahtanggalah yang menyebabkan ananda menangis".

Lalu duduklah Rasulullah SAW di sisi anandanya. Fathimah rha. melanjutkan perkataannya, "ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta 'aliy (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah untuk menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah". Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Rasulullah SAW mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam penggilingan tangan itu seraya diucapkannya "Bismillaahirrahmaanirrahiim". Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah SWT. Rasulullah SAW meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anandanya dengan tangannya sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya.

Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut, "berhentilah berputar dengan izin Allah SWT", maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, "ya Rasulullah SAW, demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT suatu ayat yang berbunyi : (artinya)

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan".

Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah SAW kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, "bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di dalam sorga". Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia.

Rasulullah SAW bersabda kepada anandanya, "jika Allah SWT menghendaki wahai Fathimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat. Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.

Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya maka Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit. Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang. Ya Fathimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat.

Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridha denganmu tidaklah akan aku do'akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahwa ridha suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?. Ya Fathimah, apabil seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga, dan Allah SWT akan mengkaruniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat.

Perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah SWT akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah. Ya Fathimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat. Ya Fathimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat), "teruskanlah 'amalmu maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang". Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak-kan rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai sorga dan Allah SWT akan meringankan sakarotulmaut-nya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga seta Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Shirat".

Syarah 'Uquudil lijjaiin-Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani.
Read more...

Rasulullah SAW Takut terhadap Keduniaan Yang Melimpah

Asy-Syaikhany mengeluarkan dari Abu Sa'id Al-Khudry di dalam sebuah hadits, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau, lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah jika Allah membukakan kesenangan dan perhiasan dunia kepada kalian." Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/144.

Asy-Syaikany juga mengeluarkan sebuah hadits dari Amr bin Auf Al-Anshay Radhiyallahu Anhu, yang di dalamnya dia berkata, "Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam bersabda, "TerimaIah kabar gembira dan satu harapan bagi kalian Demi Allah, bukan kemiskinn yang aku takutkan terhadap kalian, tetapi aku justru takut jika dunia dihamparkan kepada kalian, sebagaimana yang pernah dihamparkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu mereka saling berlomba untuk mendapatkannya, sehingga kalian menjadi binasa seperti yang mereka alami." Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/141 Ya'qub bin Sufyan mengeluarkan dari IbnuAbbas Radhiyallahu Anhuma, bahwa Allah mengutus seorang malaikat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang disertai Jibril Alaihi Salam. Malaikat itu berkata, "Sesungguhnya Allah menyuruh engkau untuk memilih, apakah engkau menjadi hamba dan nabi, ataukah menjadi raja dan sekaligus nabi." Beliau menoleh ke arah Jibril layaknya orang yang meminta saran. Maka Jibril memberi isyarat, agar beliau merunduk dan patuh. Maka beliau menjawab, "Aku pilih menjadi hamba dan nabi." Setelah kejadian ini beliau tidak pemah makan sambil telentang, hingga beliau wafat. Yang serupa dengan ini juga diriwayatkan Al-Bukhary dan An-Nasa'y. Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 6:48.

Ahmad mengeluarkan dengan isnad yang shahih, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab ra. bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar. Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata. "Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau. "Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu." "Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia?" Al-Hakimjuga mentakhrijnya secara shahih, berdasarkan syarat Muslim. Ibnu Hibban meriwayatkannya dari Anas, dan dia menyebutkan yang seperti ini. Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib, 5/161
Read more...

Selasa, 18 Mei 2010

Bidadari untuk Umar r.a.

Umar r.a. adalah salah satu dari sahabat Rasulullah SAW. Semenjak ia memeluk islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar. Sejak itulah mereka berani sholat dan thowaf dika'bah secara terang-terangan. Umar r.a. adalah seorang yang waro', ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam. Umar r.a. mempelajari surah Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada Rasulullah SAW, "wahai Rasulullah SAW apakah kehidupanku telah mencerminkan surah Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya". Rasulullah SAW menjawab, "sudah..."!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan kehendak Allah SWT. Karena kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Qur'an yang diturunkan Allah SWT berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti mengenai pengharaman arak, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Al-Qur'an lainnya.

Rasulullah SAW seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalannya mi'raj menghadap Allah SWT. Beliau SAW sering pula menceritakan bagaimana keadaan surga yang dijanjikan Allah SWT kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari ketika Rasulullah SAW dimi'rajkan menghadap Allah SWT malaikat Jibril AS memperlihatkan kepada Beliau SAW taman-taman surga. Rasulullah SAW melihat ada sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu. Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril AS, "wahai Jibril AS bidadari siapakah itu"?. Malaikat Jibril AS menjawab, "Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar r.a.". Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Karena sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah SWT maka saat itu juga Allah SWT menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya".
Read more...

Rasulullah SAW dan uang 8 dirham

Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud belanja. Dengan bekal uang 8 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga. Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang wanita yang sedang menangis. Beliau sempatkan bertanya kenapa menangis. Apakah sedang ditimpa musibah ? Perempuan itu menyampaikan bahwa ia adalah seorang budak yang sedang kehilangan uang sebesar 2 dirham. Ia menangis sangat takut didera oleh majikannya. . Dua dirham dikeluarkan dari saku Rasulullah untuk menghibur perempuan malang tersebut. Kini tinggal 6 dirham. Beliau bergegas membeli gamis, pakaian kesukaanya. Akan tetapi baru beberapa langkah dari pasar, seorang tua lagi miskin setengah teriak berkata, "Barang siapa yang memberiku pakaian, Allah akan mendandaninya kelak." Rasulullah memeriksa laki-laki tersebut. Pakaiannya lusuh, tak pantas lagi dipakai. Gamis yang baru dibelinya dilepas dan diberikan dengan sukarela kepadanya. Beliau tak jadi memakai baju baru.

Dengan langkah ringan beliau hendak segera pulang. Akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Kali ini beliau menjumpai perempuan yang diberi dua dirham tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Rasulullah diutus di dunia untuk mengadakan pembelaan terhadap rakyat jelata. Dengan senang hati beliau antarkan perempuan tersebut ke rumah majikannya. Sesampainya di rumah, beliau ucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah. Nampaknya semua penghuni rumah tersebut adalah perempuan. Ketika ditanya kenapa salam beliau tidak dijawab, pemilik rumah itu mengatakan sengaja melakukannya dengan maksud didoakan Rasulullah dengan salam tiga kali. Selanjutnya Rasulullah menyampaikan maksud kedatangannya. Beliau mengantar perempuan yang menjadi budak tersebut karena takut mendapat hukuman. Rasulullah kemudian menyampaikan, "Jika perempuan budak ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya." Mendengar ucapan Rasulullah in penghuni rumah terkesima. Mereka merasa mendapat pelajaran yang sangat berharga dari baginda Rasulullah. Karena secara refleks mereka menyampaikan, "Budak belian ini merdeka karena Allah." Betapa bahagianya Rasulullah mendengar pernyataan itu. Beliau sangat bersyukur dengan uang 8 dirham mendapat keuntungan ribuan dirham, yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, "Tiadalah aku melihat delapan dirham demikian besar berkatnya dari pada delapan dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian."

Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. "Bahwanya Allah menolong hanba-Nya, selama ia menolong saudaranya."
Read more...

Rasulullah SAW dan Seorang Arab Badui

Di waktu Rasulullah SAW. sedang asyik bertawaf di Ka'bah, beliau mendengar seorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: 'Ya Karim! Ya Karim!' Rasulullah s.a.w menirunya membaca 'Ya Karim! Ya Karim!' Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka'bah, dan berzikir lagi: 'Ya Karim! Ya Karim!' Rasulullah SAW yang berada dibelakangnya mengikuti zikirnya 'Ya Karim! Ya Karim!' Merasa seperti di olok-olokan, orang itu menoleh kebelakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu lalu berkata: 'Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokan ku, karena aku ini adalah orang Arab badui? Kalaulah bukan karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.' Mendengar bicara orang badui itu, Rasulullah SAWtersenyum, lalu bertanya: 'Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?''Belum,' jawab orang itu. 'Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?' 'Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan saya membenarkan putusannya sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,' kata orang arab badui itu pula. Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: 'Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!' Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.'Tuan ini Nabi Muhammad?!''Ya,' jawab Nabi SAW Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki RasulullahSAW Melihat hal itu, Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya: 'Wahai orang Arab! Janganlah berbuat serupa itu.Perbuatan serupa itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya.Ketahuilah, ALLAH mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi berita gembira bagi orang yang beriman, dan membawa berita ancaman bagi yang mengingkarinya.'

Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: 'Ya Muhammad! Rabb As-Salam (puncak keselamatan) menyampaikan salam kepadamu dan bersabda: Katakanlah kepada orang Arab itu, agar tidak terpesona dengan belas kasih ALLAH. Ketahuilah bahwa ALLAH akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!'. Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Orang Arab itu pula berkata: 'Demi keagungan serta kemulian ALLAH, jika ALLAH akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan denganNYA!' kata orang Arab badui itu. 'Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan ALLAH?' Rasulullah bertanya kepadanya. 'Jika ALLAH akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa besar maghfirahNYA,' jawab orang itu. 'Jika DIA memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan mem perhitungkan betapa keluasan pengampunanNYA. Jika DIA memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawananNYA!'. Mendengar ucapan orang Arab badui itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badui itu, air mata beliau meleleh membasahi janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril AS turun lagi seraya berkata: 'Ya Muhammad! Rabb As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis! Sungguh karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. Nah katakan kepada temanmu itu, bahwa ALLAH tak akan menghisab dirinya, juga tak akan memperhitungkan kemaksiatannya. ALLAH sudah mengampuni semua kesalahannya dan ia akan menjadi temanmu di surga nanti!' Betapa sukanya orang Arab badui itu, apabila mendengar berita tersebut. Ia lalu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.
Read more...

Rasulullah SAW dan Pengemis Yahudi Buta

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.
Read more...

Permohonan si Miskin dan si Kaya

Nabi Musa AS memiliki ummat yang jumlahnya sangat banyak dan umur mereka panjang-panjang. Mereka ada yang kaya danjuga ada yang miskin. Suatu hari ada seorang yang miskin datang menghadap Nabi Musa AS. Ia begitu miskinnya pakaiannya compang-camping dan sangat lusuh berdebu. Si miskin itu kemudian berkata kepada Baginda Musa AS, "Ya Nabiullah, Kalamullah, tolong sampaikan kepada Allah SWT permohonanku ini agar Allah SWT menjadikan aku orang yang kaya. Nabi Musa AS tersenyum

dan berkata kepada orang itu, "saudaraku, banyak-banyaklah kamu bersyukur kepada Allah SWT. Si miskin itu agak terkejut dan kesal, lalu ia berkata, Bagaimana aku mau banyak bersyukur, aku makan pun jarang, dan pakaian yang aku gunakan pun hanya satu lembar ini saja"!. Akhirnya si miskin itu pulang tanpa mendapatkan apa yang diinginkannya.

Beberapa waktu kemudian seorang kaya datang menghadap Nabi Musa AS. Orang tersebut bersih badannya juga rapi pakaiannya. Ia berkata kepada Nabi Musa AS, "Wahai Nabiullah, tolong sampaikan kepada Allah SWT permohonanku ini agar dijadikannya aku ini seorang yang miskin, terkadang aku merasa terganggu dengan hartaku itu. Nabi Musa AS pun tersenyum, lalu ia berkata, "wahai saudaraku, janganlah kamu bersyukur kepada Allah SWT. Ya Nabiullah, bagaimana aku tidak bersyukur kepada Alah SWT?. Allah SWT telah memberiku mata yang dengannya aku dapat melihat. Telinga yang dengannya aku dapat mendengar. Allah SWT telah memberiku tangan yang dengannya aku dapat bekerja dan telah memberiku kaki yang dengannya aku dapat berjalan, bagaimana mungkin aku tidak mensyukurinya", jawab si kaya itu. Akhirnya si kaya itu pun pulang ke rumahnya. Kemudian terjadi adalah si kaya itu semakin Allah SWT tambah kekayaannya karena ia selalu bersyukur. Dan si miskin menjadi bertambah miskin. Allah SWT mengambil semua kenikmatan-Nya sehingga si miskin itu tidak memiliki selembar pakaianpun yang melekat di tubuhnya. Ini semua karena ia tidak mau bersyukur kepada Allah SWT.
Read more...

Selasa, 11 Mei 2010

Bidadari Aasyura

Athiah bin Khalaf adalah seorang saudagar Mesir terkenal. Semula ia kaya raya, namun belakangan jatuh pailit. Satu-satunya kekayaan yang masih tertinggal padanya adalah sepasang busana yang dikenakannya.
Pada Asyura, 10 muharram, Athiah bin Khalaf menunaikan shalat subuh di masjid Amru bin Ash. Ketika ia sedang duduk sendirian disalah satu sudut masjid, datanglah seorang ibu bersama beberapa orang anak yang masih kecil-kecil.
“ Tuan, tolong lepaskanlah aku dan anak-anakku dari kesulitan hidup. Suamiku telah meninggal tanpa mewariskan apa-apa. Pekerjaan meminta-minta baru aku lakukan sekali ini. Aku juga keluar rumah karena terpaksa. Tolonglah tuan.”
Sejenak Athiah berpikir,apa yang mesti diberikan pada wanita itu? Sedangkan ia sendiri tidak memiliki apa-apa, kecuali busana yang melekat di badan. Jika pakaian ini kusumbangkan, akan terbukalah auratku, pikirnya. Tapi jika kutolak permintaannya, bagaimana nanti kata Rasulullah saw terhadapku.
“ Baiklah, ayo ikut aku ke rumah,” ajak Athiah lembut. Sesampai di rumah ia menyuruh wanita tersebut menunggu diluar. Setelah melepas busananya, Athiah menyerahkan kepada wanita itu dari balik pintu.
“ Mudah-mudahan Allah SWT memberi tuan pakaian dan perhiasan dari surga. Tuan tidak akan lagi memerlukan bantuan dari orang lain selama hidup.”
Athiah sangat gembira mendengarnya. Setelah itu ia hanya mengunci diri dalam kamar. Ia berzikir siang malam. Sampailah pada suatu malam ia bermimpi melihat seorang bidadari yang cantik molek. Tangan kiri bidadari itu memegang apel beraroma harum dan setelah dibelah keluarlah sejumlah perhiasan surga.bidadari itu mengenakan perhiasan surga kepada Athiah, lantas duduk menghiburnya.
“ Siapakah engkau? ” Tanya Athiah.
“ Saya Aasyura, istri engkau dalam surga ini,” jawab bidadari itu.
“ Bagaimana saya bisa mendapatkan kebahagiaan seperti ini? ”
“ Berkat doa wanita yang engkau tolong kemarin.”
“ Athiah tersentak. Ia bangun dari tidurnya dengan riang gembira. Lantas mengambil air wudhu dan shalat dua rakaat, sebagai pernyataan syukur kepada Allah SWT. Usai shalat, Athiah bin Khalaf berdoa. “ Ya Allah, andai benar mimpiku tadi dan bidadari itu yang akan menjadi istriku, cabutlah nyawaku sekarang juga, supaya aku segera mendapatkannya. ”
Belum sampai ia menutup doanya, Allah mengabulkan permintaannya. Pada waktu itulah Athiah meninggal dunia.

Read more...

Jumat, 07 Mei 2010

Zuhud di Dunia

Suatu hari Ali pulang kerumah menemui Fatimah istrinya yg sedang duduk Memintal.
Kemudian Ali berkata, " Hai perempuan Mulia, apakah engkau punya makanan untuk Suamimu? ''
Fatimah menjawab, "Demi Allah, aku tidak punya sesuatu, akan tetapi ini ada 6 dirham yg diberikan Salman kepadaku sebagai upah Memintal.
Maka berkatalah Ali, "Hai perempuan mulia, berikanlah kepadaku uang itu." Kemudian Fatimah memberikan uang itu kepadanya. Ali keluar untuk membeli makanan.
Tiba2 terlihat seorang laki2 sedang berdiri seraya berkata, "Siapa yg mau menghutangi Allah dengan piutang yg baik?''
Ali mendekat & memberinya 6 dirham, terus pulang menemui Fatimah dengan tangan hampa, tatkala Fatimah melihtnya, dengan tanpa membawa apa2, maka iapun menangis.
Ali pergi menuju Nabi Saw di tengah jalan berjumpa dengan seorang Arab dusun sedang menuntun s'ekor unta. Ali mendekat, dan org itu berkata, "Hai Ali, belilah unta ini dariku."
Ali menjawab, "Aku tidak punya apa2." Org itu mengatakan, "Aku akan menjualnya kepadamu dengan pembayaran kemudian."
Ali berkata, "Berapa?" Org itu menjawab, "Seratus dirham." Ali berkata, "Kubeli, jika begitu."
Tiba2 muncul seorang Arab dusun lain datang kesitu. Orang itu bertanya, "Hai Ali, apakah engkau menjual unta ini?'' Ali menjawab, "Ya." Orang itu bertanya "Berapa? "Tiga ratus dirham" kata Ali.
Orang itu berkata, "Kubeli kalau begitu." Dibayarlah harga unta tersebut dengan 300 dirham tunai. Kemudian Ali menyerahkan unta itu kepada orang dusun tersebut & kembali kerumah, melihat kedatangan Ali Tersenyumlah Fatimah.
Kemudian Ali keluar menuju Masjid menemui Nabi Saw. Nabi Saw bertanya, "Hai Ali, tahukah engkau siapa orang dusun yg menjual unta kepadamu & orang dusun yg membeli unta darimu?''
Ali menjwb, "Allah dan Rasul_Nya lebih mengetahui.'' Maka berkatalah Nabi Saw, ''Beruntunglah engkau hai Ali, Kau beri pinjaman kepada Allah Ta'ala Enam dirham & Allah memberimu 300 dirham, satu dirham mendapat ganti 50 dirham. Orang dusun yg prtama itu adalah Jibril dan yg kedua adalah Israfil kata Nabi Saw.

Apabila orang Mu'min bersedekah dengan Keridhoan, berserulah Neraka, "Wahai Tuhanku, izinkanlah aku Bersujud kepada_Mu, Sebagai tanda Syukur. Engkau telah Membebaskan salah seorang umat Muhammad Saw dari siksaku. Aku malu kepada Muhammad untuk menyiksa seseorang dari umat & haruslah aku patuh kepadanya.'' (Makhul As-Syami.rhm).
Read more...